JAKARTA - Penghancuran rumah sakit terbesar di Gaza oleh Israel dalam serangan selama dua minggu terakhir, telah menghancurkan sistem layanan kesehatan di daerah kantong tersebut, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Hari Selasa.
Pasukan Israel meninggalkan Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza pada Hari Senin setelah operasi dua minggu oleh pasukan khusus, menyebabkan ratusan orang tewas yang menurut Israel adalah kelompok militan, sementara militan Hamas dan medis membantah ada pejuang di sana, serta menahan ratusan tersangka militan.
"Kami telah melakukan kontak dengan staf. Direktur memberi tahu kami, Rumah Sakit Al Shifa sudah tidak ada lagi. Rumah sakit tersebut tidak lagi dapat berfungsi dalam bentuk apa pun sebagai rumah sakit," kata juru bicara WHO Margaret Harris, melansir Reuters 2 April.
"Menghancurkan Al Shifa berarti mencabut jantung dari sistem kesehatan," lanjut.
WHO berharap untuk mengirim misi pada Hari Selasa ke lokasi tersebut, untuk melihat apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan nyawa pasien yang tersisa. Harris mengatakan dia tidak memiliki informasi apakah Israel telah memberikan izin untuk melakukan misi semacam itu.
"Kami telah mencoba untuk pergi selama berhari-hari," katanya.
"Sebagian besar misi kami ditolak," ungkapnya.
BACA JUGA:
Al Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sebelum perang, adalah salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang sebagian beroperasi di wilayah utara Gaza sebelum serangan.
Para pejabat Palestina menyebut, serangan terhadap rumah sakit yang merawat pasien yang terluka parah sebagai kejahatan perang.
Di sisi lain, Israel mengatakan Hamas sengaja beroperasi di kalangan warga sipil yang rentan.