Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah akan membangun wilayah Sanur, Bali, menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kesehatan bertaraf dunia. 

Khususnya untuk kalangan wisatawan lansia. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, keinginan tersebut didasari atas potensi yang dimiliki Sanur. 

Erick Thohir mengatakan kawasan Sanur berbeda dengan kawasan lain di Bali. Karenanya Sanur dianggap cocok untuk proyek tersebut. 

"Kami melihat potensi yang melimpah di Sanur sebagai tujuan wisata kesehatan. Dan kesehatan dunia masa depan yang bisa diperbarui. Posisinya berbeda dibandingkan dengan bagian lain di Bali. Kami ingin menarik pariwisata, khususnya wisatawan lansia," katanya dalam acara webinar Investor Forum 2021, Rabu, 3 Februari. 

Menurut Erick Thohir, pemerintah mencatat ada lahan seluas 41 hektar di Sanur, Bali. Lahan tersebut nantinya menjadi tahap awal pembangunan. Proyek ini, diyakini membuka peluang besar bagi investasi di Indonesia. 

Apalagi, saat ini pemerintah telah memfinalisasi aturan turunan Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Ciptaker) yang terkait dengan investasi. Dengan begitu, mantan Bos Inter Milan itu akan mempermudah proses investasi di dalam negeri. 

"Kami ingin menarik pariwisata Kesehatan, khususnya para Lansia. potensi ini ditambah Omnibus Law baru-baru ini disahkannya, dan 41 hektar siap untuk pembangunan awal. Ini membuka peluang investasi baru bagi industri perawatan  kesehatan, dan menjadikan Sanur sebagai zona ekonomi khusus untuk wisata kesehatan. Kami sangat senang dengan potensi sinergi antara pemerintah, BUMN serta investor lokal dan global," papar Erick. 

Berdasarkan bahan paparan yang disampaikan Erick, dari total 41 hektare lahan yang akan dikembangkan, seluas 21,2 hektare akan dialokasikan sebagai hub wisata kesehatan (health tourism hub) dengan sejumlah fasilitas, di antaranya rumah sakit internasional, ecopark, area komersial dan pasar seni serta hotel dan sekolah perhotelan. 

Pemerintah saat ini gencar mendorong potensi wisata kesehatan atau wisata medis. Pengembangan wisata medis dinilai bisa menjaring wisatawan sekaligus mendorong perbaikan fasilitas kesehatan di Indonesia. 

Tak hanya itu, pengembangan wisata medis di dalam negeri diharapkan bisa mengurangi kunjungan masyarakat Indonesia keluar negeri untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.