JAKARTA - Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) akan mengembangkan platform digitalisasi pasar untuk para pedagang dengan menggandeng mitra Rhyne Technologies LLC dari Amerika Serikat.
Ketua Umum Asparindo Y. Joko Setiyanto menyebut, pihaknya digitalisasi pasar ini akan fokus pada pengembangan transaksi jual beli, payment gateway, e-wallet, dan layanan fintech lainnya.
“Dengan adanya rencana kerjasama ini, Asparindo dapat ikut mendorong peningkatan SDM yang ada dan omzet penjualan para pedagang pasar, serta membantu mempermudah akses serta profiling untuk kemudahan mendapatkan permodalan,” kata Joko di Jakarta, Rabu, 27 Maret.
Joko berharap, kerja sama ini dapat meningkatkan kompetensi, baik pihak pengelola pasar maupun pedagang pasar. Tidak menutup kemungkinan, lanjut dia, Asparindo juga mendorong digitalisasi di sektor lainnya seperti UMKM, perikanan, peternakan dan perkebunan.
“Sejak Asparindo diinisiasi pada tahun 2004, kiprah kami selama 20 tahun telah melakukan program-program yang bersinergi dengan berbagai kementerian dan lembaga,” tuturnya.
Joko menyebut, digitalisasi pasar ini bisa menjadi antisipasi kelangkaan pangan yang menyebabkan kenaikan harga.
Mengingat, menjelang hari raya Idulfitri, harga pangan di Jakarta masih belum terkendali. Mulai dari harga beras, telur, hingga sayur-mayur melonjak tinggi. Tidak hanya warga, pedagang dan pengelola pasar juga mengeluhkan kondisi tersebut.
"Memang untuk beras ini sangat berat ya. Kita tidak bisa salahkan cuaca atau apalah, semua itu kan mesti dipertimbangkan. Kami Asparindo berusaha membantu pemerintah,” ucap Joko.
BACA JUGA:
Meski lonjakan harga terus terjadi, dia menyebutkan stok pangan masih aman. Tidak terkecuali, di Jakarta. Karena itu, digitalisasi terkait data pangan bisa membantu para pedagang pasar mendapatkan stok komoditas yang akan dijual kembali.
Pada sistem digitalisasi yang akan dikembanhkan, seluruh kegiatan transaksi yang menggunakan pena dan kertas di pasar-pasar bisa dipermudah dengan digitalisasi.
Dia mencontohkan, selama ini pedagang yang berbelanja ke Pasar Induk Kramatjati sekitar pukul 03.00 hingga 04.00 untuk mengisi kiosnya. Dengan digitalisasi itu, para pedagang tidak perlu ke Pasar Induk Kramatjati.
"Digitalisasi sangat penting. Misalnya, kebutuhan data padi untuk beras, detailnya seperti apa. Itu yang sedang kami mulai. Dengan digitalisasi itu akan mempermudah distribusi juga," imbuhnya.