JATENG - Basarnas Cilacap memastikan masihh terus melakukan pencarian kapal nelayan Kilat Maju Jaya-7 yang hilang kontak di Samudra Hindia selatan Pulau Jawa. Hingga kini kapal berisi 10 anak buah kapal (ABK) itu belum diketahui.
"Kami telah telusuri, dan kami bagi beberapa SRU (Search and Rescue Unit), karena daerah jangkauan kami terlalu jauh, luas, sampai 151 kilometer," kata Kepala Basarnas Cilacap Adah Sudarsa di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa 19 Maret, disitat Antara.
Adah mengatakan saat ini pihaknya melakukan pencarian hingga radius 30-40 mil laut.
Dia menjelaskan, kapal Kilat Maju Jaya-7 yang dinakhodai Waidin diketahui berlayar beriringan dengan tiga kapal lainnya dalam perjalanan kembali ke Cilacap saat cuaca buruk di Samudra Hindia selatan Jawa Timur.
Dalam komunikasi terakhir yang dilakukan pada Minggu 10 Maret, kapal Kilat Maju Jaya-7 bersama kapal Makmur Jaya-20 yang dinakhodai Sumaryo, Makin Jaya-2 yang dinakhodai Raino, dan Maju Jaya-28 yang dinakhodai Tarmuji sepakat untuk mencari tempat berlindung di Dermaga Pacitan karena ada badai di Samudra Hindia selatan Jawa Timur.
Akan tetapi, saat tiga kapal lainnya tiba di Dermaga Pacitan, kapal Kilat Maju Jaya-7 tidak diketahui keberadaannya karena komunikasinya terputus (hilang kontak), sehingga hal itu dilaporkan kepada pemilik kapal di Cilacap pada Rabu 13 Maret dan diteruskan ke Basarnas Cilacap.
"Kami lakukan pencarian hingga 30-40 nautical miles (mil laut, red.) dengan asumsi jika kapal tersebut kembali ke Cilacap, diperkirakan telah memasuki wilayah kami. Namun sampai saat sekarang belum ditemukan," kata Adah.
Upaya pencarian kapal ini juga melibatkan Basarnas Yogyakarta yang turut mengerahkan potensi SAR setempat serta dibantu Basarnas Surabaya yang memantau wilayah perairan selatan Jawa Timur dengan mengecek setiap dermaga yang biasa digunakan sebagai tempat berlindung kapal ketika terjadi cuaca buruk.
Menurut dia, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Joint Rescue Coordination Centre (JRCC) Australia terkait dengan musibah yang dialami kapal Kilat Maju Jaya-7 tersebut.
Disinggung mengenai kemungkinan upaya pencarian kapal nelayan tersebut akan segera diakhiri, dia mengatakan pihaknya masih mempertimbangkan hal itu meskipun sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), operasi pencarian dilakukan selama 7 hari dan dapat diperpanjangkan jika ada tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan korban.
"Namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda keberadaan kapal tersebut. Kami akan lakukan pemantauan," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap Sarjono mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh kapal asal Cilacap yang telah mencari ikan di Samudra Hindia selatan Jawa untuk membantu pencarian kapal Kilat Maju Jaya-7 yang dilaporkan mengalami hilang kontak.
Akan tetapi, kata dia, upaya pencarian kapal nelayan yang berangkat dari Cilacap pada tanggal 5 Maret 2024 dengan membawa 10 ABK tersebut terkendala cuaca buruk yang terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa.
BACA JUGA:
Ke-10 ABK itu terdiri atas Waidin (39) selaku nakhoda, Ahmad Mutajar (24), Angga Trio (21), Gunawan (22), Heri Setiaji (27), Ichya Umidin (23), M Ripto (25), Syarifuddin (25), Waroji (41), dan Zaenal (29). Seluruhnya merupakan warga Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah
"Kapal-kapal yang tengah melaut itu berlindung ke tempat yang aman agar terhindar dari badai, dan baru keluar dari tempat berlindung pada hari Minggu 17 Maret," katanya.
Ia mengharapkan keberadaan kapal Kilat Maju Jaya-17 dapat ditemukan dan seluruh ABK-nya dalam kondisi selamat meskipun sudah terlalu lama serta sempat terjadi cuaca buruk yang menyulitkan upaya pencarian.