Bagikan:

JAKARTA - Badan anak-anak PBB mengatakan pada Hari Minggu, lebih dari 13.000 anak-anak tewas di Gaza akibat serangan Israel, banyak di antara anak-anak menderita kekurangan gizi parah, sehingga "tidak mempunyai tenaga untuk menangis."

"Ribuan lainnya terluka atau kita bahkan tidak bisa memastikan di mana mereka berada. Mereka mungkin terjebak di bawah reruntuhan. Kita belum pernah melihat tingkat kematian anak-anak sebesar itu di hampir semua konflik lain di dunia," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell kepada program "Face the Nation" CBS News pada Hari Minggu, dikutip dari Reuters 18 Maret.

"Saya pernah berada di bangsal anak-anak yang menderita anemia gizi buruk yang parah, seluruh bangsal benar-benar sepi. Karena anak-anak, bayi, bahkan tidak punya tenaga untuk menangis," tandasnya.

Russell juga mengatakan, ada "tantangan birokrasi yang sangat besar" dalam mengirimkan truk ke Gaza untuk memberikan bantuan dan pertolongan.

Sementara itu, satu dari tiga anak di bawah usia 2 tahun di Gaza utara sekarang mengalami kekurangan gizi akut, membuka tab baru dan kelaparan akan segera terjadi, kata badan utama PBB yang beroperasi di daerah kantong Palestina (UNRWA) pada Hari Sabtu.

Kritik internasional meningkat terhadap Israel karena banyaknya korban jiwa dalam perang tersebut, krisis kelaparan di Gaza dan tuduhan menghalangi pengiriman bantuan ke wilayah tersebut.

Seorang pakar PBB mengatakan pada awal bulan ini, Israel menghancurkan sistem pangan Gaza sebagai bagian dari "kampanye kelaparan" yang lebih luas. Israel menolak tuduhan tersebut.

Diketahui, serangan militer Israel terhadap Gaza yang dikuasai Hamas telah membuat hampir seluruh penduduknya yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi, menyebabkan krisis kelaparan, meratakan sebagian besar wilayah kantong tersebut, dan menewaskan lebih dari 31.000 warga menurut kementerian kesehatan Gaza.

Hal ini juga menyebabkan tuduhan genosida diselidiki di Mahkamah Internasional. Israel membantah tuduhan itu, mengatakan mereka bertindak untuk membela diri setelah serangan 7 Oktober oleh kelompok militan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang menurut perhitungan Israel dan menyandera dua ratusan orang lainnya.