JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Minggu, Presiden Rusia Vladimir Putin ingin memerintah selamanya, menilai pemilihan presiden Rusia adalah tiruan yang tidak sah.
Dalam pidato video malam hari Presiden Zelensky mengatakan, "diktator Rusia sedang melakukan simulasi pemilu lagi," dan bahwa Putin "haus akan kekuasaan dan melakukan segalanya untuk memerintah selamanya."
"Tidak ada legitimasi dalam pemilu palsu ini dan tidak mungkin ada. Harusnya orang ini diadili di Den Haag. Itu yang harus kita pastikan," imbuhnya, melansir Reuters 18 Maret.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Ukraina juga mengkritik Pemilu Rusia. Rusia menggelar pemilihan umum pada tanggal 15-17 Maret. Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan, Pemilu Rusia di wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki merupakan hal ilegal dan tidak sah, mendesak mitra internasional tidak mengakui hasilnya.
Diketahui, petahana Vladimir Putin menang telak dalam Pemilihan Presiden di Rusia pada Hari Minggu, mencatat rekor raihan suara tertinggi serta bisa menjadi pemimpin terlama di negara itu dalam dua abad terakhir.
Putin mengatakan kepada para pendukungnya dalam pidato kemenangan di Moskow, Ia akan memprioritaskan penyelesaian tugas-tugas yang terkait dengan apa yang ia sebut sebagai "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina dan akan memperkuat militer Rusia.
"Kita mempunyai banyak tugas ke depan. Namun ketika kita melakukan konsolidasi - tidak peduli siapa yang ingin mengintimidasi kita, menindas kita - tidak ada seorang pun yang pernah berhasil dalam sejarah, mereka belum berhasil saat ini, dan mereka tidak akan pernah berhasil di masa depan," kata Presiden Putin.
BACA JUGA:
Putin meraih 87,8 persen suara, yang merupakan hasil tertinggi dalam sejarah Rusia pasca-Uni Soviet, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat Public Opinion Foundation (FOM). Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VCIOM) menempatkan Putin pada 87 persen. Hasil resmi pertama menunjukkan bahwa jajak pendapat tersebut akurat.
Kandidat komunis Nikolai Kharitonov menempati posisi kedua dengan suara di bawah 4 prsen, diikuti pendatang baru Vladislav Davankov di posisi ketiga dan ultra-nasionalis Leonid Slutsky di posisi keempat.
Mantan letnan kolonel KGB ini pertama kali naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1999. Hasil ini akan melanggengkan Putin untuk melewati Josef Stalin dan menjadi pemimpin terlama di Rusia selama lebih dari 200 tahun terakhir, jika ia menyelesaikan masa jabatannya.