MEDAN - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan, Sumatera Utara, meminta warga mewaspadai penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dampak cuaca panas di daerah itu yang mencapai 36,2 derajat Celsius.
"Biasanya gejala ISPA yang muncul akibat cuaca panas seperti saat ini," ucap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Medan dr Pocut Fatimah Fitri dikutip ANTARA, Jumat, 5 Maret.
Dia menjelaskan cuaca panas membuat tubuh mudah berkeringat dan kelelahan hingga stres, terutama bagi umat Muslim yang menjalani ibadah puasa Ramadan 1445 Hijriah.
Ia mengatakan suhu yang tinggi juga bisa berdampak kepada gangguan memori, perhatian menjadi tidak fokus, hingga waktu bereaksi terhadap suatu rangsangan tubuh menjadi berkurang.
Untuk mengantisipasi dampak cuaca panas tersebut, pihaknya memberikan beberapa saran kepada umat Muslim ketika menjalani puasa agar tetap sehat, seperti tidak melewatkan makan sahur.
Selain itu, mengonsumsi air putih dalam jumlah yang cukup, berbuka puasa dengan makanan bernutrisi kaya serat dan protein, serta mengonsumsi madu dan kurma.
"Hindari terlalu banyak konsumsi makanan manis dan kafein, rutin berolahraga, pastikan jam tidur selalu tercukupi dan hindari aktivitas luar ruangan di tengah hari," kata dia.
Bila harus beraktivitas luar ruangan saat tengah hari, katanya, harus diusahakan menggunakan pelindung tubuh, seperti topi atau payung.
BACA JUGA:
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan menyatakan Kota Medan dilanda cuaca panas mencapai 36,2 derajat Celsius.
"Pengamatan temperatur di beberapa Stasiun BMKG Sumatera Utara suhu maksimum di Simpang Pos, Jalan Ngumban Surbakti Medan 36,2 derajat Celsius," kata Kepala BBMKG Wilayah I Medan Hendro Nugroho.
Ia menjelaskan Stasiun Geofisika Kelas I Tuntungan, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, mencatat 36 derajat Celsius.
Kondisi cuaca panas ini terjadi sejak akhir pekan lalu yang disebabkan oleh pola angin baratan cukup kuat dan bersifat menyebar di wilayah Sumatera Utara.
"Ini menyebabkan sulitnya pertumbuhan awan di wilayah itu. Pantauan Citra Radar pada 12 Maret 2024 menunjukkan tak ada pertumbuhan awan dari pagi hingga malam hari," katanya.