Bagikan:

JAKARTA - Komisi penyelidikan PBB mengenai Ukraina mengatakan pada Hari Jumat, pihaknya telah mengumpulkan lebih banyak bukti Rusia telah secara sistematis menyiksa tawanan perang Ukraina, mendokumentasikan ancaman pemerkosaan hingga penggunaan sengatan listrik pada alat kelamin.

Komisi Penyelidikan yang beranggotakan tiga orang mengatakan dalam sebuah laporan, skala kasus penyiksaan tersebut mungkin merupakan pelanggaran paling serius yang dikenal sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, menggambarkan kejadian tersebut sebagai pelanggaran yang "meluas dan sistematis".

"Keterangan para korban mengungkapkan perlakuan brutal tanpa henti yang menimbulkan rasa sakit dan penderitaan yang parah selama penahanan berkepanjangan, dengan secara terang-terangan mengabaikan martabat manusia,” kata ketua komisi Erik Møse, kepada wartawan di Jenewa, Swiss melansir Reuters 15 Maret.

Laporan tersebut telah diserahkan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang beranggotakan 47 orang di Jenewa, yang akan memutuskan dalam sidang kali ini apakah akan memperbarui mandat komisi tersebut untuk satu tahun lagi.

Laporan Hari Jumat mengatakan beberapa tahanan Ukraina sangat kelaparan di pusat penahanan Rusia sehingga mereka terpaksa makan sabun, cacing dan sisa makanan anjing, kata laporan itu.

Seorang tentara Ukraina dipukuli begitu keras hingga anusnya berdarah dan dipaksa melakukan lompatan berulang kali dengan kaki yang terluka, yang menyebabkan berkembangnya gangrene (kematian jaringan tubuh akibat gangguan sirkulasi darah atau infeksi bakteri), katanya. Dia dipukuli lebih lanjut karena mencoba bunuh diri di selnya dengan menggunakan seragamnya sendiri, kata laporan itu, yang mengakibatkan patah jari kaki dan tulang ekor. Dia telah menjalani 36 kali rawat inap di rumah sakit sejak dibebaskan.

"Apa yang kami temukan memperkuat temuan kami sebelumnya (tentang penyiksaan) dan menjadikannya lebih solid," kata Møse.

Ketika ditanya apa lagi yang diperlukan untuk menentukan secara formal kejahatan terhadap kemanusiaan, ia mengatakan diperlukan lebih banyak bukti penyiksaan adalah bagian dari kebijakan Rusia.

Sementara itu, Duta Besar Ukraina menyerukan perpanjangan mandat komisi tersebut, agar lebih banyak bukti dapat dikumpulkan.

"Kami menganggap penting bagi komisi untuk terus menyelidiki semua dugaan pelanggaran dan kejahatan sehingga fakta yang terdokumentasi dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan yang ada dan pengadilan di masa depan," kata Yevheniia Filipenko.

Badan PBB tersebut sebelumnya telah mendokumentasikan beberapa kasus perlakuan buruk yang dilakukan pasukan Ukraina terhadap tahanan Rusia. Menanggapi itu, Kyiv mengatakan pihaknya akan menyelidiki pelanggaran apa pun.

Diketahui, Rusia selalu menyangkal adanya penyiksaan atau bentuk penganiayaan lainnya terhadap tawanan perang. Misi diplomatik Rusia di Jenewa tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai laporan baru tersebut.