JAKARTA - Mantan Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham menanggapi isu Presiden Jokowi yang hendak bergabung ke Partai Golkar dalam ngobrol bareng dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu 12 Maret 2024. Menurut Idrus, tidak ada masalah bila Jokowi bergabung ke Golkar karena sudah memiliki suasana kebatinan yang sama.
"Saat ini Pak Jokowi dengan Golkar memiliki suasana kebatinan yang luar biasa. Sudah nyambung, jadi mengalir saja, tidak ada beban," kata Idrus Marham pada host EdShareOn Eddy Wijaya.
Menurut Menteri Sosial pada 2018 tersebut, Presiden Jokowi juga sudah cukup nyaman dengan Partai Golkar. Hal tersebut bisa dilihat dari simbol-simbol Golkar yang kerap dikenakan Jokowi dalam berbagai kesempatan. "Kadang (Jokowi) pakai dasi kuning, dan kadang juga kaos kuning. Jadi, saya kira ini menunjukkan Beliau sudah nyaman," ujar Idrus.
Idrus mengatakan peluang Presiden Jokowi masuk ke Partai Golkar cukup besar. Sebab Golkar bukanlah milik keluarga atau sekelompok orang tertentu. "Ibarat perusahaan, Golkar ini sudah go public. Jadi yang berpeluang ialah yang memiliki kemampuan dan memberikan kontribusi."
Presiden Jokowi, Idrus melanjutkan, berkontribusi melalui efek dukungannya kepada Partai Golkar. Dukungan itu bisa memicu peningkatan tajam suara Partai Beringin pada Pemilu 2024. “Dengan kehadiran Pak Jokowi dengan ratingnya di atas 80 persen, yang paling menikmati adalah Golkar. Dari 85 kursi DPR pada Pemilu 2019, kini diproyeksikan 112 kursi.”
Kendati demikian, Idrus tetap memuji kinerja Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Menurut mantan Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) periode 2002-2005 tersebut, Airlangga mampu mengatasi persoalan internal Partai Golkar dengan cukup baik. “Airlangga dalam kiprahnya bisa mengatasi, memperbaiki, bisa membuat Golkar bangkit kembali termasuk di Pemilu ini.”
BACA JUGA:
Idrus: Hak Angket Tujuannya Apa?
Dalam ngobrol bareng dengan Eddy Wijaya di podcast EdShareOn, mantan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham juga menyampaikan sikapnya terkait bola panas Hak Angket dugaan kecurangan Pemilu yang bakal diusulkan di DPR RI.
“Tujuannya apa? Niatnya apa? Mari kita berpikir jauh lebih efektif. Mau kita apa? Mau menyelesaikan persoalan atau hanya mau terkenal?”
Menurut Idrus, jangan sampai ketidakpuasan hasil Pemilu disikapi secara subjektif. Sehingga dikhawatirkan melebar secara liar di luar substansinya seperti saling memfitnah hingga membongkar persoalan hukum yang belum tentu benar. “Sekarang sudah mulai muncul misalnya yang menyorot Bahlil Lahadalia dan Ganjar Pranowo. Kenapa sih, kita tidak legowo?” (ADV)