Bagikan:

JAKARTA - Kapal yang membawa 200 ton bantuan untuk Gaza, Palestina meninggalkan Siprus pada hari Selasa dalam sebuah proyek percontohan untuk membuka koridor laut guna mengirimkan pasokan kepada penduduk yang menurut badan bantuan berada di ambang kelaparan akibat perang Hamas-Israel yang sudah memasuki bulan kelima.

Ketika badan-badan bantuan mengatakan pengiriman ke Gaza melalui darat terhambat oleh hambatan birokrasi dan masalah keamanan sejak dimulainya perang pada 7 Oktober, perhatian telah beralih ke rute alternatif termasuk pengiriman melalui laut dan udara.

Kapal amal Open Arms terlihat berlayar keluar dari pelabuhan Larnaca, menarik tongkang berisi tepung, beras dan protein. Misi ini sebagian besar didanai oleh Uni Emirat Arab dan diorganisir oleh badan amal World Central Kitchen (WCK) yang berbasis di AS, melansir Reuters 13 Maret.

Pelayaran ke Gaza biasanya memakan waktu sekitar 15 jam, namun tongkang derek yang berat dapat memperpanjang perjalanan, mungkin hingga dua hari. Siprus sendiri negara Uni Eropa yang paling dekat dengan perang Israel-Hamas, terletak sekitar 200 mil (320 km) barat laut Gaza.

Mengingat kurangnya infrastruktur pelabuhan di Gaza, WCK mengatakan pihaknya sedang membangun dermaga pendaratan dengan material dari bangunan dan puing-puing yang hancur, sebuah inisiatif yang terpisah dari rencana yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden pekan lalu untuk membangun dermaga sementara.

dermaga sementara wck
Pembangunan dermaga sandar di Gaza oleh World Central Kitchen. (Twitter/@WCKitchen)

Pembangunan dermaga tersebut "berjalan dengan baik," kata pendiri WCK Jose Andres dalam sebuah unggahan di X disertai dengan gambar buldoser yang tampaknya mendatar di dekat laut.

Sedangkan Manajer Aktivasi WCK Juan Camilo Jimenez mengatakan kepada Reuters, kapal kedua akan berangkat dari Siprus dalam beberapa hari ke depan.

Meskipun menyambut baik proyek tersebut, para pejabat senior PBB mengatakan proyek tersebut tidak dapat menggantikan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui darat dari Mesir dan Yordania.

Badan-badan bantuan mengatakan upaya-upaya tersebut hanya dapat memberikan bantuan terbatas selama sebagian besar penyeberangan darat ke wilayah pesisir Palestina ditutup sepenuhnya oleh Israel.

Terpisah, Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan pada Hari Selasa, pihaknya berhasil mengirimkan konvoi pertolongan pertama ke Kota Gaza di utara Jalur Gaza sejak 20 Februari.

Mengomentari pengiriman bantuan hari Selasa ke utara Jalur Gaza, juru bicara WFP Shaza Moghraby mengatakan: "Kami akhirnya dapat mengirimkan cukup makanan untuk 25.000 orang ke Kota Gaza pada dini hari tadi. Ini membuktikan bahwa memindahkan makanan melalui jalan darat adalah mungkin."

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah warga Palestina yang meninggal karena dehidrasi dan kekurangan gizi dalam dua minggu terakhir mencapai 27 orang, setelah kematian dua orang pada Hari Selasa.

PBB memperkirakan seperempat dari 2,3 juta penduduk di wilayah pesisir kecil tersebut kini berisiko mengalami kelaparan.

Di sisi lain, Israel mengatakan mereka tidak bisa disalahkan atas kelaparan di Gaza, karena mereka mengizinkan bantuan melalui dua penyeberangan di tepi selatan wilayah tersebut.

Badan-badan bantuan mengatakan jumlah itu tidak cukup untuk menyalurkan pasokan yang cukup, terutama ke bagian utara wilayah kantong yang secara efektif terputus.