JAKARTA - Pejabat tinggi kesehatan di Jalur Gaza mengatakan pada Hari Selasa, bantuan kemanusiaan yang masuk ke utara wilayah tersebut tidak cukup untuk siapa pun, saat kapal pengangkut bantuan berlayar dari Siprus menuju kawasan kantong tersebut.
"Bantuan darat yang tiba di Jalur Gaza utara sangat, sangat kecil, tidak tidak cukup untuk siapa pun," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf Al-Qidra pada Hari Selasa, melansir CNN 12 Maret.
Ketika Israel terus membatasi masuknya bantuan melalui jalur darat, sejumlah negara kini berusaha untuk memasukkan bantuan ke wilayah kantong yang terkepung melalui jalur udara dan laut.
Amerika Serikat, Yordania, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lainnya telah melancarkan pengiriman bantuan melalui udara ke Gaza dalam beberapa hari terakhir, meskipun terdapat peringatan dari organisasi bantuan bahwa hal tersebut merupakan cara yang berbahaya dan tidak efisien dalam menyalurkan bantuan.
Lebih jauh Al-Qidra mengatakan, begitu bantuan tiba di Gaza, bantuan tersebut diangkut melalui dua rute: Jalan Salah Eddine dan Jalan Al-Bahr.
Warga sipil yang kelaparan kemudian "berkerumun" di sepanjang dua bundaran di sepanjang rute tersebut, berharap mendapatkan sepotong makanan, kata Al-Qidra dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, sebuah kapal pengangkut bantuan bernama Open Arms mulai berlayar dari Pelabuhan Larnaca di Siprus dengan tujuan Gaza.
Kapal tersebut akan mengangkut 200 ton makanan ke Gaza dalam bentuk tongkang besar yang memuat palet bantuan makanan, termasuk beras, tepung, kacang-kacangan, lentil, dan daging kaleng, menurut pernyataan dari penyelenggara, World Central Kitchen.
BACA JUGA:
Terpisah, jumlah korban tewas dan luka-luka di Jalur Gaza akibat operasi militer Israel di wilayah kantong tersebut terus bertambah, kata Kementerian Kesehatan.
Dalam pengumumannya pada Hari Selasa, kementerian mengatakan jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai 31.184 jiwa, sementara jumlah korban luka-luka mencapai 72.889 orang, sejak konflik pecah 7 Oktober, dikutip dari Xinhua.