DKI Bakal Lebarkan Trotoar di Kebayoran Baru, DPRD: Makin Macet!
Trotoar Jakarta/VOI

Bagikan:

JAKARTA - Pemprov DKI akan mengerjakan penataan trotoar di lima wilayah Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Trotoar sepanjang 4,6 kilometer ini akan dilebarkan.

"Rencananya akan ada penataan trotoar, dimulai bulan Mei 2021. Lebarnya menjadi tiga hingga empat meter," kata Kepala Dinas Bina Marga DKI Hari Nugroho kepada VOI, Selasa, 2 Maret.

Pelebaran trotoar tersebut berada di Jalan Senopati, Jalan Suryo, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Trunojoyo, dan Jalan Gunawarman. Pengerjaan akan selesai pada Desember 2021.

Hari menuturkan, alasan penataan trotoar di kawasan Kebayoran Baru karena daerah tersebut merupakan destinasi tempat tinggal, bisnis, pusat perbelanjaan, dan wisata dengan potensi pengembangan wisata kuliner nya. 

Hal ini, kata Hari, perlu didukung oleh fasilitas publik lainnya dengan tidak menghilangkan identitasnya sebagai kawasan cagar budaya dan transit-oriented development (TOD). 

Lalu, ada penambahan penunjang aksesibilitas pejalan kaki serta kemudahan menuju berbagai akses moda transportasi seperti MRT, BRT, Dan bus non-BRT di kawasan tersebut.

"Konsep penataan complete street adalah penataan ulang ruang jalan sesuai dengan fungsinya untuk mengakomodir seluruh kebutuhan pengguna jalan sesuai porsi yang tepat dengan memprioritaskan pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna transportasi umum," jelas Hari.

Sayangnya, rencana pelebaran trotoar dikritik oleh DPRD. Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Gilbert Simanjuntak menganggap pelebaran trotoar akan membuat kondisi lalu lintas semakin bacet.

"Trotoar ada yang mau diperlebar, otomatis kan jalur untuk kendaraan mobil dan motor menjadi berkurang. Kalau trotoar diperlebar, tentu akan makin macet dan nambah polusi," tutur Gilbert kepada VOI.

Oleh sebab itu, Gilbert meminta Anies Baswedan untuk memperbaiki sistem transportasi publik terlebih dahulu. Setelah itu, baru penataan trotoar dilakukan.

"Transportasi umum sekarang belum menjangkau semua. Jaklingko juga masih minim. Orang akan pindah transportasi publik kalau fasilitas itu sudah lebih nyaman. kalau tidak nyaman, sampai kapanpun orang akan berontak," jelas Gilbert.

"Sebaiknya angkutan massal yang ditingkatkan terlebih dahulu dengan menambah jumlah armada, frekuensi, ketepatan waktu, dan jumlah jalur agar mencapai seluruh daerah di Jakarta," lanjutnya.