Bagikan:

JAKARTA - Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Volker Turk pada Hari Kamis menyebut semua pihak melakukan kejahatan perang dalam konflik Hamas-Israel di Jalur Gaza, menyerukan penyelidikan dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban.

"Pelanggaran yang jelas terhadap hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional, termasuk kejahatan perang dan kemungkinan kejahatan lain berdasarkan hukum internasional, telah dilakukan oleh semua pihak," kata Turk kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, dilansir dari Reuters 1 Maret.

"Sudah saatnya, sudah lewat waktunya, untuk perdamaian, investigasi dan pertanggungjawaban," lanjutnya.

Kelompok bersenjata Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera 253 orang dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel.

Serangan itu memicu serangan Israel di Gaza yang dikuasai Hamas, yang dikatakan bertujuan untuk menyelamatkan sandera yang tersisa dan membasmi Hamas. Otoritas kesehatan di Gaza pada Hari Kamis mengatakan, lebih dari 30.000 orang dipastikan tewas dalam serangan tersebut.

Turk, yang menyampaikan laporan mengenai situasi hak asasi manusia di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan kantornya telah mencatat "banyak insiden yang mungkin merupakan kejahatan perang yang dilakukan pasukan Israel".

Dia menambahkan, ada juga indikasi bahwa pasukan Israel telah melakukan 'penargetan yang tidak pandang bulu dan tidak proporsional" yang melanggar hukum internasional.

Turk juga mengatakan, kelompok bersenjata Palestina yang meluncurkan proyektil tanpa pandang bulu ke seluruh wilayah Israel selatan, serta menyandera juga melanggar hukum kemanusiaan internasional.

Turk menambahkan, serangan darat di kota perbatasan selatan Rafah, di mana sekitar 1,5 juta orang diperkirakan berdesakan setelah meninggalkan rumah mereka lebih jauh ke utara untuk menghindari serangan Israel, akan menimbulkan banyak korban jiwa.

Dia mengatakan, serangan semacam itu akan meningkatkan risiko kejahatan kekejaman, mendorong lebih banyak pengungsi dan “menandatangani surat perintah kematian bagi setiap harapan bantuan kemanusiaan yang efektif.”

Sementara itu, dalam pidatonya yang mendapat tepuk tangan dari banyak peserta di Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Duta Besar Palestina Ibrahim Khraishi mengatakan: "Sayangnya, beberapa orang mengutuk apa yang terjadi pada 7 Oktober, dan dengan kata-kata yang paling keras, tetapi tidak ada yang mengingat atau mengutuk pembunuhan anak-anak, wanita dan orang tua.”

Sedangkan Elan Tiv, putri mantan sandera Aviva Siegel yang menghadiri pidato Turk bersama ibunya, mengatakan mereka yang memuji intervensi Palestina “seharusnya merasa malu” pada diri mereka sendiri.

"Anda seharusnya tidak bisa tidur di malam hari, karena ada anak-anak dari kedua belah pihak yang dibunuh," kata Tiv, yang ayahnya, Keith, masih ditawan di Gaza.