Bagikan:

JAKARTA - Situasi di garis depan merupakan bencana besar bagi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pasukannya, sementara pernyataan baru-baru ini oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang kemungkinan pengerahan pasukan Prancis ke Ukraina tidak akan membantu, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

"Rezim Kyiv menghadapi situasi yang menyedihkan di garis depan, dan tidak ada yang bisa membantu," kata diplomat Rusia itu, melansir TASS 28 Februari.

Lebih jauh Zakharova mengatakan, diperlukan retorika yang berani dan kuat untuk menyemangati pasukan Ukraina.

"Apakah pernyataan (Presiden Prancis Emmanuel) Macron berdampak? Situasinya justru sebaliknya," tegas Zakharova.

Selain itu, Zakharova mengatakan, setelah pernyataan Presiden Macron, banyak pejabat dan lembaga NATO mengesampingkan pengiriman pasukan ke Ukraina.

Presiden Macron mengatakan pada konferensi pers setelah pertemuan para pemimpin sekutu Barat di Paris pada Hari Senin, tidak ada konsensus mengenai pengerahan resmi pasukan darat ke Ukraina. Namun, dia tidak menutup kemungkinan hal serupa terjadi di masa depan.

Menanggapi itu, Zakharova sebelumnya mengatakan, pernyataan Presiden Prancis itu menunjukkan kurangnya kesadaran.

"Mengenai pernyataan (Presiden) Emmanuel Macron tentang kemungkinan pengerahan pasukan NATO ke Ukraina, ada perasaan yang kuat bahwa Presiden Prancis tidak menyadari apa yang dikatakan bawahannya maupun apa yang dia sendiri katakan," tulisnya di Telegram.

Terpisah, militer Ukraina mengatakan pada Hari Selasa, mereka telah mundur dari dua desa lagi di dekat kota timur Avdiivka yang direbut awal bulan ini oleh pasukan Rusia, kehilangan lebih banyak wilayah seiring dengan berkurangnya dukungan dari sekutu Barat.

Juru bicara militer Ukraina Dmytro Lykhoviy mengatakan pasukannya telah mundur dari Sieverne dan Stepove, sehari setelah Kyiv mengumumkan telah meninggalkan Desa Lastochkyne, dikutip dari Reuters.

Ukraina mundur ke posisi sejajar dengan garis depan timur lainnya, ke medan yang lebih cocok untuk pertahanan, kata Lykhoviy.

Di Moskow, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya telah merebut Sieverne. Kementerian tersebut mengatakan pasukannya telah "menempati garis dan posisi yang lebih menguntungkan", serta menyerang tenaga kerja dan peralatan Ukraina di dekat tiga pemukiman lainnya.

Keberhasilan Rusia merebut Avdiika yang bertahan dari serangan tanpa henti Rusia, merupakan pencapaian terbesar Rusia sejak mereka merebut Kota Bakhmut pada Bulan Mei tahun lalu.

Presiden Rusia Vladimir Putin memuji perebutan Avdiivka sebagai "keberhasilan mutlak", berjanji untuk terus melanjutkan upaya untuk mengamankan kendali atas seluruh wilayah Donetsk timur Ukraina, yang diklaimnya telah dianeksasi pada Oktober 2022.