Bagikan:

JAKARTA - Kremlin pada Hari Senin mengabaikan sanksi terbaru Barat terhadap Moskow, mengatakan perekonomian Rusia telah beradaptasi dengan pembatasan, sementara mereka yang menerapkan sanksi akan merugikan diri mereka sendiri.

Amerika Serikat pada Hari Jumat memberlakukan sanksi ekstensif terhadap Rusia, menargetkan lebih dari 500 orang dan entitas, saat invasi Rusia ke Ukraina genap dua tahun, serta sebagai pembalasan atas kematian pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny.

"Tidak ada hal baru yang diumumkan, dan sepertinya tidak ada hal baru yang bisa dipikirkan oleh mereka yang menjatuhkan sanksi ini tanpa merugikan perekonomian mereka sendiri,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, melansir Reuters 26 Februari.

Peskov juga mengatakan, sanksi tersebut menyebabkan kerugian tidak langsung terhadap perekonomian Eropa dan kepentingan perusahaan-perusahaan AS.

Sanksi minggu lalu menargetkan sistem pembayaran Mir Rusia, lembaga keuangan dan basis industri militernya, penghindaran sanksi, produksi energi masa depan dan kelompok kapal tanker terkemuka Sovcomflot, serta bidang lainnya.

Sanksi juga ditujukan kepada petugas penjara yang menurut Amerika terkait dengan kematian Navalny.

"Perekonomian Rusia telah menunjukkan ketahanannya," kata Peskov.

"Ia telah beradaptasi dan melanjutkan perkembangannya," tandasnya.

Diketahui, perekonomian Rusia meningkat tajam pada tahun 2023 dari kemerosotan pada tahun 2022, namun pertumbuhan tersebut sangat bergantung pada produksi senjata dan amunisi yang didanai negara, serta menutupi masalah yang menghambat peningkatan standar hidup masyarakat Rusia.

Terpisah, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Rusia akan tumbuh 2,6 persen tahun ini, namun mengantisipasi masa-masa sulit di masa depan. Sedangkan Bank of Russia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 sebesar 1,0-2,0 persen.