JAKARTA - Tingginya jumlah kasus dan kematian COVID-19 di dunia mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah virus tersebut menjadi pandemi. Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan jumlah kasus COVID-19 di luar China meningkat 13 kali lipat dalam dua minggu. Terdapat 118.000 kasus, lebih dari 4.000 kematian, dan virus itu telah berada di setiap benua kecuali Antartika.
Sebuah virus bisa dikatakan sebagai pandemi jika terdapat di banyak negara di seluruh dunia secara bersamaan. Sementara, wabah adalah kasus penyakit yang melebihi apa yang biasanya diharapkan dan epidemi adalah terdapat jumlah kasus lebih dari normal, perilaku tertentu terkait kesehatan, atau kejadian tertentu terkait dengan kesehatan di komunitas atau wilayah, menurut WHO.
"Kami sebelumnya tidak pernah melihat pandemi yang dipicu oleh coronavirus. Dan kami belum pernah melihat pandemi yang dapat dikendalikan pada saat yang bersamaan," kata Ghebreyesus, dilansir dari CNN, Kamis 12 Maret 2020.
"Menggambarkan sebuah situasi sebagai pandemi tidak mengubah penilaian WHO terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh virus corona ini. Hal tersebut tidak mengubah apa yang dilakukan WHO dan tidak mengubah apa yang seharusnya dilakukan oleh suatu negara," tambah Ghebreyesus.
🚨 BREAKING 🚨
"We have therefore made the assessment that #COVID19 can be characterized as a pandemic"-@DrTedros #coronavirus pic.twitter.com/JqdsM2051A
— World Health Organization (WHO) (@WHO) March 11, 2020
Pada Januari, WHO mendeklarasikan wabah COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Pandemi terakhir yang dilaporkan di dunia adalah pandemi flu H1N1 pada 2009, yang menewaskan ratusan ribu orang secara global.
Mengubah status COVID-19 tidak mengubah apa pun tentang bagaimana virus berkembang, tetapi WHO berharap dapat mengubah cara negara menangani virus tersebut.
"Beberapa negara berjuang dengan kapasitas yang kurang. Beberapa negara berjuang dengan sumber daya yang kurang. Beberapa negara juga berjuang dengan tekad yang kurang," ujar Ghebreyesus.
Oleh karena itu, WHO meminta semua negara untuk melakukan beberapa hal yaitu;
1. Mengaktifkan dan meningkatkan mekanisme tanggap darurat;
2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang risiko dan bagaimana mereka dapat melindungi diri sendiri;
3. Temukan, pisahkan, uji, dan obati setiap orang yang terkena COVID-19 dan lacak setiap orang yang ia kontak.
BACA JUGA:
"Kita tidak lagi bisa mengatakan ini cukup keras atau cukup jelas, atau cukup sering: Semua negara masih dapat mengubah arah pandemi ini," harap Ghebreyesus.
Saat ini dua negara yang paling menjadi perhatian dunia terkait COVID-19 adalah Italia dan Iran. Italia bahkan sudah menutup sekolah, gimnasium, museum, klub malam, dan tempat-tempat lain di seluruh negeri. Kepala darurat WHO Michael Ryan menambahkan, situasi di Iran adalah "sangat serius". Oleh karena itu, WHO mengirim 40.000 alat uji ke Iran tetapi masih ada kekurangan ventilator dan oksigen.
"Iran dan Italia sangat menderita sekarang, tetapi saya kira sepertinya negara-negara lain akan berada dalam situasi itu segera," tutup Ryan.