Bekerja dari Rumah Jadi Lumrah karena Merebaknya COVID-19
Ilustrasi remote working atau bekerja jarak jauh (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Mewabahnya coronavirus atau COVID-19 di sejumlah negara memaksa berbagai sektor industri untuk mengubah gaya bekerjanya. Tak sedikit dari perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya demi mencegah penyebaran virus corona.

Induk perusahaan Google, Alphabet bahkan merekomendasikan agar semua karyawan di Amerika Utara untuk remote working atau bekerja dari rumah hingga tanggal 10 April mendatang. Google juga melarang karyawannya untuk melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara. 

Tak hanya Google. Amazon, Microsoft, Facebook (FB) dan NASA juga mendorong karyawannya untuk bekerja dari rumah untuk sementara waktu. Bahkan layanan microblogging Twitter, turut mengampanyekan remote working sebagai upaya membatasi penyebaran virus corona.

Bukan hanya perusahaan yang harus merumahkan karyawannya agar mencegah wabah virus corona. Banyak sekolah dan universitas juga mulai mengubah metode pengajarannya, dari cara konvensional ke pengajaran di kelas online

Melansir dari laman CNBC, penyebaran virus corona membuat kebijakan bekerja atau beraktivitas dari rumah semakin lumrah. Dalam hal perkembangan teknologi, fitur konferensi video call atau layanan streaming jauh lebih murah dan mudah digunakan untuk menggantikan kehadiran fisik seseorang di dalam suatu acara.

Tren bekerja secara remote dari rumah bukanlah hal baru. Namun, secara pasti, sejak merebaknya COVID-19, bekerja dari rumah menjadi sebuah alternatif untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain yang sedang sakit atau terinfeksi virus corona.

Analis dari Gartner Fellow, Daryl Plummer, mengungkap adanya lonjakan jumlah perusahaan yang merumahkan karyawannya sejak wabah COVID-19 di Amerika Serikat (AS). Apalagi, angka laporan infeksi virus corona mencapai 900 kasus.

Untung Rugi Bekerja dari Rumah

Bekerja dari rumah dirasa lebih efektif ketimbang harus datang ke kantor, terlebih demi mencegah penyebaran luas COVID-19. Remote working bisa memanfaatkan berbagai teknologi terkini, dari mulai berkomunikasi menggunakan e-mail hingga layanan video call.

Secara rinci, alasan untuk bekerja di rumah terlihat tepat dengan kondisi wabah coronavirus yang bisa menginfeksi orang di sekitar tanpa diketahui. Kekhawatiran itu pula yang mengubah sistem konvensional dalam dunia kerja. 

Remote working, tentunya akan sangat efektif bila didukung layanan internet yang memadai. Pasalnya, sejumlah pekerjaan bisa dengan mudah diadaptasi dengan gaya bekerja jarak jauh.

Pertemuan 'meeting' bisa digantikan melalui layanan teleconference. Diskusi antarmuka bisa tergantikan dengan layanan video call atau melalui layanan pesan instan.

Pilihan remote working juga membuat Anda tidak perlu mengeluarkan ongkos besar untuk keperluan transportasi dan makan siang. Hal-hal tersebut bisa dilakukan secara bersamaan dari tempat tinggal Anda.

Remote working cocok untuk Anda yang sulit bangun pagi, karena tidak terpaku pada jam kerja seperti orang-orang kantoran. Jadi, tentu saja tidak perlu tergesa-gesa untuk berangkat pagi karena Anda bisa bebas mulai duduk di depan laptop. Yang terpenting, pekerjaan selesai dan target tercapai.

Ilustrasi remote working (pixabay)

Kerugian

Kolumnis New York Post, Kevin Roose mengatakan, bekerja dari rumah bukanlah cara terbaik dalam dunia kerja. Menurutnya, bekerja dari rumah justru membuat segala pekerjaan menjadi lebih sulit.

Diakuinya, melakukan pekerjaan dari rumah memang meningkatkan hubungan komunikasi dengan keluarga jadi lebih harmonis, mengurangi ongkos transportasi dan pengeluaran tak terduga lainnya. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan, mereka yang menyelesaikan pekerjaan dari rumah jauh lebih lambat dibanding bekerja di kantor. 

Menurut Kevin, bekerja bersama di satu ruangan yang sama cenderung lebih mudah untuk memecahkan suatu permasalahan dengan lebih cepat, ketimbang harus berkomunikasi secara jarak jauh. Kevin meyakini, bekerja jarak jauh memang mengasyikkan karena bisa mengambil waktu istirahat lebih lama.

"Namun tak sedikit dari mereka yang bekerja secara remote, justru mengalami kesulitan untuk memisahkan pekerjaan mereka dari kehidupan di rumah," tulisnya.

Peluang miskomunikasi antara rekan kerja atau bahkan atasan akan sangat rentan terjadi. Instruksi akan terbatas dari pesan instan maupun surat elektronik di e-mail pribadi. 

Syukur-syukur bila koneksi internet tidak mengalami gangguan. Instruksi dari atasan maupun rekan kerja bisa dieksekusi lebih baik. Tetapi, bila koneksi internet sedang terganggu, bisa saja pilihan untuk bekerja di rumah justru memperburuk karier Anda.

Co Founder Apple, Steve Jobs, misalnya, adalah penentang pekerjaan jarak jauh atau remote working. Dirinya meyakini bahwa pekerjaan terbaik karyawan Apple berasal dari ide tak sengaja dengan orang-orang sekitar, ketimbang duduk di rumah dan hanya mengamati layar komputer seharian.

"Kreativitas berasal dari pertemuan spontan, dari diskusi acak," kata Jobs. "Anda bertemu seseorang, Anda bertanya apa yang mereka lakukan, Anda mengatakan 'Wow,' dan segera Anda memasak segala macam ide."

Hingga kini, jumlah kasus virus corona atau COVID-19 di seluruh dunia mencapai 119.044. Menurut data Johns Hopkins CSSE, pasien COVID-19 terbanyak di luar Cina terjadi di Italia dengan jumlah kasus 10.149. Kemudian disusul Iran 8.042 kasus dan Korea Selatan dengan 7.755 kasus.

Sedangkan jumlah pasien yang sembuh dan dinyatakan bebas virus corona COVID-19 mencapai 65.762 orang dan jumlah kematian akibat COVID-19 mencapai 4.284 orang. Kematian paling banyak di luar Cina dilaporkan di Italia sebanyak 631 kematian, Iran 291 kematian, dan Korea Selatan 54 kematian.

Di Indonesia, jumlah pasien yang teridentifikasi virus corona mencapai 34 orang dengan satu orang WNA yang dilaporkan meninggal dunia. Sementara baru dua pasien yang dilaporkan sembuh dan terbebas dari virus corona.