JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin terbang dengan pesawat pembom strategis berkemampuan nuklir Tu-160M yang dimodernisasi pada Hari Kamis, sebuah langkah yang mungkin dilihat di Barat sebagai pengingat akan kemampuan nuklir Moskow.
Pesawat yang oleh aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dinamai 'Blackjack' ini, merupakan versi modern dari pesawat sejenis di era Perang Dingin, dengan kemampuan untuk mengirimkan senjata nuklir jarak jauh.
'Angsa Putih', demikian julukan pesawat ini versi Rusia, lepas landas dan mendarat di landasan pacu milik produsen di Kazan yang membuat pesawat supersonik modern.
Televisi pemerintah menunjukkan, Presiden Putin menuruni tangga dari pesawat setelah penerbangan, mengatakan kepada wartawan pesawat tersebut adalah pesawat yang andal dan modern yang dapat diterima oleh Angkatan Udara Rusia.
"Ini adalah mesin baru, banyak hal baru. Lebih mudah dikendalikan. Dapat diandalkan," kata Presiden Putin, dilansir dari Reuters 22 Februari.
Pemimpin Rusia tersebut melakukan penerbangan tersebut pada saat Moskow dan negara-negara Barat sedang berselisih mengenai perang di Ukraina, serta terbaru mengenai kematian politisi oposisi Alexei Navalny di penjara.
Jauh sebelumnya, Presiden Putin pernah menerbangkan pesawat Tu-160 versi lama pada tahun 2005 saat latihan.
Beberapa diplomat Rusia dan AS mengatakan, mereka tidak ingat saat hubungan antara dua kekuatan nuklir terbesar di dunia ini memburuk, termasuk saat Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan jalur penerbangan pesawat tersebut merupakan rahasia militer. Penerbangan yang membawa Presiden Putin itu berlangsung selama 30 menit, lapor kantor berita Rusia.
Diketahui, bomber Tupolev Tu-160M yang diawaki oleh empat orang, mampu membawa 12 rudal jelajah atau 12 rudal nuklir jarak pendek dan dapat terbang sejauh 12.000 km (7.500 mil) non-stop tanpa mengisi bahan bakar.
Doktrin nuklir Rusia menetapkan kondisi di mana seorang presiden Rusia akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir: secara umum sebagai respons terhadap serangan yang menggunakan nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya, atau terhadap penggunaan senjata konvensional terhadap Rusia "ketika keberadaan negara berada di bawah ancaman".
Mantan Presiden Dmitry Medvedev, yang sekarang menjadi wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, sebelumnya telah berulang kali memperingatkan risiko konflik nuklir dengan Barat, sejak Moskow mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada tahun 2022.
BACA JUGA:
Namun, Presiden Putin yang merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Rusia, mengatakan pada Bulan Oktober, keberadaan negara Rusia tidak terancam dan bahwa "tidak ada orang yang berakal sehat dan memiliki ingatan jernih akan berpikir untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia".
Berdasarkan kontrak yang ditandatangani pada tahun 2018, 10 pesawat pengebom nuklir Tu-160M yang dimodernisasi akan dikirim ke Angkatan Udara Rusia hingga tahun 2027 dengan biaya masing-masing sebesar 15 miliar rubel.