Bagikan:

JAKARTA - Diplomat tertinggi Uni Eropa ingin Amerika Serikat dan Presiden Joe Biden mengambil tindakan tegas terhadap Israel, guna menekan jumlah kematian warg sipil di Jalur Gaza, saat Israel melebarkan serangannya ke Rafah.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Josep Borrell berharap Negeri Paman Sam mengambil tindakan tegas, menggunakan pengaruhnya sebagai penyedia senjata utama Israel, untuk menekan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, melansir The National News 13 Februari.

Israel melakukan serangan ke Kota Rafah pada Hari Senin, di mana operasi khusus gabungan militer, polisi dan intelijen negara itu berhasil membebaskan dua sandera yang ditahan kelompok militan Hamas, namun di sisi lain serangan udara yang dipakai sebagai tirai untuk pelolosan operasi tersebut menewaskan warga sipil.

Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan kepada CNN, sedikitnya 94 orang tewas akibat serangan Israel terhadap Kota Rafah.

Kementerian juga mengatakan masih dalam proses pengambilan dan identifikasi jenazah, dan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat.

Sementara, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan lebih dari 100 orang tewas akibat serangan semalam di Rafah. PRCS menambahkan, masih banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan jumlah korban tewas mungkin bertambah.

Sehari sebelum serangan, Presiden Biden berbicara dengan PM Netanyahu, menegaskan kembali pendiriannya bahwa militer Israel tidak boleh melanjutkan serangan darat di Rafah "tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan" untuk menjamin keselamatan warga sipil.

Penduduk Gaza tidak punya tempat untuk pergi karena perbatasan dengan Mesir masih ditutup.

"Netanyahu tidak mendengarkan siapa pun," kata Borrell.

"Mereka akan mengungsi ke mana? Ke bulan? Ke mana mereka akan mengevakuasi orang-orang ini?" kritiknya.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada Hari Senin, korban tewas warga sipil Palestina di kawasan tersebut sudah mencapai 28.340 jiwa dan korban luka-luka sebanyak 67.984 orang. Presiden Biden mengatakan, respons militer Israel di Gaza sebagai hal yang berlebihan.

"Presiden Biden mengatakan hal ini berlebihan, tidak proporsional," kata Borrell kepada wartawan pada konferensi pers di Brussels, Belgia.

"Yah, jika Anda yakin terlalu banyak orang yang terbunuh, mungkin Anda harus mengurangi jumlah senjata untuk mencegah begitu banyak orang terbunuh. Itu tidak logis? tanyanya.

"Ini sedikit kontradiktif dengan terus mengatakan terlalu banyak orang yang terbunuh, tolong jaga orang-orang, tolong jangan bunuh begitu banyak orang. Berhentilah mengatakan tolong, dan lakukan sesuatu," kata Borrell.

Mengutip Reuters, Washington adalah penyedia senjata asing terpenting bagi Israel. Setiap tahun mereka memberi Israel bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS, mulai dari jet tempur hingga bom berkekuatan besar.

Ketika ditanya pada konferensi pers tentang komentar Borrell dan apakah AS sedang mempertimbangkan untuk memotong bantuan militer ke Israel, juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller membela kebijakan AS, dengan mengatakan kebijakan tersebut memberi pemerintah "kemampuan maksimal" untuk berhasil mempengaruhi Israel.

"Kami belum membuat penilaian bahwa itu adalah langkah yang akan lebih berdampak dibandingkan langkah-langkah yang telah kami ambil," kata Miller.