Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 telah membuat perekonomian dunia tetekan. Termasuk ekonomi Indonesia, di mana pertumbuhannya mengalami kontraksi tiga kuartal berturut-turut di 2020. Hal ini berdampak pada meningkatnya ketimpangan yang semakin lebar.

Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung (CT) mengatakan tahun 2020 merupakan tahun yang paling berat bagi dunia termasuk Indonesia. Sebab, pandemi COVID-19 telah membuat semua tertekan tak hanya sektor kesehatan dan ekonomi.

Lebih lanjut, kata pria yang akrab disapa CT ini, pertumbuhan ekonomi di 2020 buruk karena mengalami tekanan hebat, di mana angka pengangguran, kemiskinan meningkat, capital inflow, NPL, GDP hingga rupiah pada Maret sempat Rp16.550 ini merupakan yang terendah sejak krisis 1998.

Tidak hanya itu, menurut CT, pandemi juga menimbulkan dampak lain selain krisis yaitu membuat gap atau jurang antara orang kaya dan miskin semakin lebar. 

"Ternyata COVID-19 tak hanya menyebabkan terjadinya krisis tapi juga menyebabkan gap antara kaya dan miskin yang makin lebar," tuturnya, dalam acara CNBC Outlook 2021, Kamis 25 Februari.

Maksudnya, kata CT, selama pandemi ini orang kaya menjadi semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Di mana orang kaya bertambah hartanya salah satunya dari penurunan nilai saham yang begitu tajam. Membeli saham pada saat jatuh sangat menguntungkan karena proses pemulihan nilai sahamnya kini jauh lebih besar dari penurunannya.

"Sementara yang miskin kian miskin dan butuh waktu 10 tahun untuk bisa kembali status posisi sebelum COVID-19. Kita tak boleh menyerah. Harus melihat langkah apa untuk recovery yang harus dilakukan," katanya.

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk kaya dan miskin Indonesia yang diukur oleh gini ratio mencapai 0,385 pada September 2020. Angka ini menurun 0,004 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,381.

Namun, angka tersebut juga meningkat 0,005 poin dibandingkan dengan gini ratio September 2019 yang sebesar 0,380.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan gini ratio di daerah perkotaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,399. Angka tersebut naik dibanding gini ratio Maret 2020 yang sebesar 0,393 dan gini ratio September 2019 yang sebesar 0,391.

Sementara itu, gini ratio di daerah pedesaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,319. Catatan tersebut naik dibanding gini ratio Maret 2020 yang sebesar 0,317 dan gini ratio September 2019 yang sebesar 0,315.

BPS juga mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada September 2020, atau setara dengan 10,19 persen dari total penduduk di Indonesia. Angka ini naik 1,13 juta orang dibandingkan posisi Maret 2020, juga meningkat 2,76 orang dibanding September 2019.

Suhariyanto mengatakan, dari jumlah tersebut persentase penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua. Wilayah ini memberikan kontribusi tertinggi sekitar 20,65 persen dari total jumlah kemiskinan pada September 2020.