Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Hasto Kristiyanto minta masyarakat menjadikan handphone sebagai alat perjuangan. Mereka diminta merekam setiap aktivitas yang mencurigakan jelang pencoblosan 14 Februari mendatang.

“Handphone harus menjadi alat perjuangan dan rakyat, masyarakat silakan setiap ada pertemuan-pertemuan yang mencurigakan bawalah alat-alat perekam,” kata Hasto di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 17 Januari.

“Sehingga mereka yang mencoba menyalahgunakan kekuasaan akan berhadapan dengan kekuatan rakyat," sambung Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) tersebut.

Hasto bilang sudah banyak intimidasi atau kecurangan yang terendus karena inisiatif masyarakat merekam kejadian. “Ini menunjukan kekuatan perlawanan, tegasnya.

Intimidasi dan kecurangan ini, sambung Hasto, karena ada ketakutan pihak lain jika Ganjar-Mahfud. Salah satu yang disindirnya adalah capres nomor urut dua, Prabowo Subianto yang disebutnya takut dengan Ganjar.

“Bahkan Pak Prabowo pun takut saking takutnya dengan Pak Ganjar bicara omong pun hilang huruf G nya sehingga menjadi omon omon. Itu huruf G aja sampai ditakuti sama pak Prabowo," ujarnya.

Sementara itu, Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis menyampaikan ada dugaan kecurangan yang terjadi di tiga daerah. Pertama, pelanggaran yang dilakukan Sekda Pemkab Takalar Muhammad Hasbi saat Rembuk Guru di museum daerah setempat. 

Kedua, adanya anggota Forkopimda di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara yang memberi pengarahan untuk memenangkan pasangan nomor urut dua, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

Terakhir, ada Kabid SMP Dinas Pendidikan Kota Medan sekaligus Sekjen Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) diduga mengarahkan para guru dan kepala sekolah untuk memilih Prabowo-Gibran. Todung minta semua dugaan tersebut diusut.

"Jadi saya ingin minta, ya, melalui forum ini melalui press briefing ini kepada semua pihak saksi-saksi yang mendengar mengetahui hal ini untuk tidak takut. Taruhannya itu adalah nasib bangsa ini. Taruhannya adalah nasib kita semua masa depan kita,” tegas Todung di lokasi yang sama.

“Kita tidak ingin pemilu kita pilpres kita cacat kita tidak ingin pemilu kita itu dianggap sebagai pemilu KW-KW pemilu kacangan," pungkasnya.