Bagikan:

JAKARTA - Memasuki masa kampanye presiden 2024, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan pidato resmi pertamanya dengan menekankan perbedaan nyata antara dia dengan kandidat calon presiden dari Partai Republik yang juga mantan Presiden Donald Trump.

Dalam pidatonya, Biden mengatakan masa depan demokrasi Amerika dipertaruhkan dalam pemilu pada November mendatang.

Saat berbicara pada malam peringatan tiga tahun kerusuhan di Gedung Capitol yang terjadi pada 6 Januari 2021, Biden menuduh sekutu-sekutu politik Trump telah "meninggalkan kebenaran dan demokrasi" dengan mempertahankan dukungan mereka untuk Trump setelah kerusuhan Capitol.

"Mereka sudah menentukan pilihannya. Sekarang kita semua, dari Partai Demokrat, Independen, dan orang-orang Republik arus utama, harus menentukan pilihan kita. Saya tahu pilihan saya," kata Biden dikutip dari ANTARA, Sabtu, 6 Januari.

"Dan saya yakin, saya tahu orang Amerika akan membela kebenaran, tidak akan percaya pada kebohongan besar, dan akan menerima keputusan konstitusi," katanya kepada massa pendukungnya di Philadelphia, Pennsylvania.

“Tak ada keraguan tentang siapa Trump dan apa yang akan dia lakukan,” tambah Biden.

Biden mengatakan bahwa pemilu 5 November adalah tentang masa depan demokrasi Amerika, dan bahwa Trump adalah ancaman bagi demokrasi tersebut.

Biden berulangkali menyebut penyerangan 6 Januari dalam pidatonya. Dia mengatakan bahwa serangan yang melibatkan ribuan pendukung Trump itu adalah upaya untuk mencegah peralihan kekuasaan secara damai.

Beberapa jam sebelum serangan pecah, Trump berpidato di hadapan massa dan mengatakan bahwa pemilu telah "dicuri" dari mereka. Dia juga membuat klaim palsu bahwa terjadi kecurangan pemilu yang luas.

“Kita semua di sini, hari ini, tidak ingin kemenangan pemilu kita dicuri oleh kelompok sayap kiri Demokrat yang berani, dan itulah yang sedang mereka lakukan,” kata Trump tiga tahun lalu.

Klaim Trump itu telah berkali-kali ditolak oleh pengadilan, termasuk oleh jaksa agung saat itu, Bill Barr.

Trump sedang dijerat dakwaan pidana federal atas perannya dalam kerusuhan 6 Januari dan dugaan upayanya untuk membatalkan hasil pemilu 2020.

Kasus ini hanyalah salah satu dari lima kasus yang menjeratnya saat dia sedang mempersiapkan diri untuk mencalonkan diri lagi pada Pemilu 2024.