JAKARTA - Presiden Joko Widodo optimis, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro mampu landaikan kasus COVID-19. Padahal, beberapa waktu lalu Jokowi sempat mengkritik strategi jajarannya saat menerapkan PPKM.
"Memang pada awal itu saya sempat marah. Ini PPKM enggak efektif karena yang turun baru dua provinsi. Yang lain enggak ada yang turun sama sekali. Kenapa saya ngomong di awal minggu itu PPKM tidak efektif, ya karena memang kurvanya tidak ada yang turun," kata Jokowi dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu, 20 Februari.
Dalam pelakasanaan PPKM, kasus baru per hari bisa mencapai 14 ribu kasus. Sampai akhirnya, pemerintah menerapkan PPKM berskala mikro sejak tanggal 9 Februari sampai saat ini. Perkembangan kasus baru jadi menurun.
"Kalau kita ingat, mungkin 3 minggu lalu masih di angka 14 ribu bahkan 15 ribu, sekarang minggu terakhir kemarin ini 8 sampai 9 ribu. Ini menunjukkan PPKM mikro, kalau kita lakukan serius, akan memberikan hasil," ujar Jokowi.
BACA JUGA:
Kenapa Jokowi begitu optimis PPKM mikro mampu melandaikan kasus? Dia belajar dari penanganan COVID-19 di India. Saat awal pandemi, India menerapkan kuncitara (lockdown) satu negara. Sayangnya, hal tersebut gagal karena kondisi perekonomian makin lemah.
Sampai akhirnya, India mengubah strategi penanganan pandemi dengan melakukan lockdown di tingkat mikro.
"Meskipun awal-awal india lockdown total, sehingga India ganti strategi, tapi strateginya sama, PPKM skala mikro. Jadi, itu yang kita pakai," ucap Jokowi.
Dari situ, Jokowi menganggap strategi pembatasan sebelumnya yakni PPKM dan PSBB salah.
"Wong yang merah satu RT, yang di-lockdown satu kota, yang di-PSBB-kan satu kota, ekonominya dong yang kena. Kalau yang kena satu kelurahan, ya sudah 1 kelurahan saja yang diisolasi. Itu yang dilakukan India," imbuhnya.