JAKARTA - Maskapai penerbangan Air New Zealand mengumumkan pesawat bertenaga baterai akan bergabung dengan armadanya pada tahun 2026, dengan tujuan menjadi maskapai penerbangan yang menerbangkan pesawat listrik.
Pihak maskapai mengatakan, mereka memesan pesawat kargo listrik dengan lima tempat duduk dari produsen kedirgantaraan AS, Beta Technologies.
Pesawat ini pada tahap awal akan melayani kargo yang membawa paket dan surat pada rute domestik, bekerja sama dengan New Zealand Post.
Pesawat Alia yang akan dipakai memiliki panjang sekitar 12 meter dan berat tiga ton. Kecepatannya bisa mencapai 270 km per jam, lebih lambat dibandingkan pesawat konvensional. Itu juga dapat membawa kargo hingga 560kg.
Pesawat Alia dapat terisi penuh dalam waktu sekitar 40 hingga 60 menit. Ia juga mendarat dan lepas landas seperti pesawat konvensional.
Untuk penerbangan awal, setelah mendapat sertifikasi aman untuk terbang, akan digunakan untuk rute sekitar 150 km dalam negeri di Selandia Baru.
"Kami bertujuan menjadi maskapai penerbangan pertama yang menerbangkan pesawat generasi berikutnya secara komersial," kata Chief Sustainability Officer Air New Zealand Kiri Hannifin, kepada AFP, seperti dilansir dari The National News 20 Desember.
Dia juga menambahkan, maskapai tersebut belum mengetahui kapan mereka akan menawarkan penerbangan penumpang dengan pesawat bertenaga baterai.
Mei lalu, Scandinavian Airlines mengumumkan akan mengangkut pelanggan dengan penerbangan listrik komersial pertamanya mulai tahun 2028.
Kesepakatan Air New Zealand dengan Beta adalah yang pertama dalam misinya untuk menghadirkan pesawat generasi berikutnya ke dalam armadanya. Ia juga memiliki opsi untuk tambahan dua pesawat Alia dan hak untuk 20 pesawat lainnya.
BACA JUGA:
Melalui program Mission Next Gen Aircraft, maskapai ini mencari dan menerima ide dan wawasan dari 30 organisasi, memilih empat mitra untuk diajak bekerja sama dalam mencapai tujuan meluncurkan penerbangan komersial menggunakan pesawat generasi berikutnya pada tahun 2026.
"Ini adalah langkah kecil namun penting dalam perjalanan yang lebih besar bagi maskapai ini. Ada banyak pekerjaan yang harus kami lakukan, namun kami sangat berkomitmen, dan pembelian ini menandai babak baru bagi maskapai ini," ujar CEO Air New Zealand, Greg Foran kepada The New Zealand Herald.
"Dekarbonisasi penerbangan tidaklah mudah, dan masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan. Kita perlu mempercepat laju perubahan dalam teknologi, infrastruktur, operasional, dan regulasi,"