JAKARTA - Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan, peluang kemerdekaan untuk Palestina sebagai sebuah negara belum mati, namun serangan kelompok militan Hamas ke wilayah selatan Gaza pada 7 Oktober menyebabkan realiasasi solusi dua negara tertunda.
Ini menjadi kali pertama seorang anggota Parlemen Israel berbicara tentang gagasan solusi dua negara usai serangan Hamas, tanpa langsung menolak formula tersebut, seperti yang dilakukan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Saya pikir apa yang terjadi telah menunda kemungkinan solusi dua negara, bagi negara Palestina, dan saya mengatakan hal ini sebagai pendukung solusi dua negara,” kata Lapid kepada The Majalla, majalah berbahasa Arab milik Arab Saudi yang berbasis di London, dilansir dari The Times of Israel 22 Desember.
"Selama bertahun-tahun, kami yang mendukung negara Palestina selalu berkata, 'Kami perlu memastikan bahwa kami memiliki langkah-langkah keamanan yang dibutuhkan Israel untuk memastikan bahwa rakyat kami aman dan sehat,'” jelasnya.
Kelompok militan Hamas melakukan serangan terhadap wilayah selatan Israel pada 7 Oktober, menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 240 orang disandera.
Israel merespons itu dengan membombardir serta melakukan blokade total terhadap wilayah Gaza. Belakangan, Israel juga menggelar operasi darat di utara wilayah kantong tersebut, sebelum bulan ini memperluas operasi ke wilayah selatan.
"Secara keseluruhan, konsep tentang keamanan bagi rakyat kami diubah setelah tanggal 7 Oktober," jelas Lapid.
"Tidak seperti PLO atau PA, Hamas tidak pernah mendukung solusi dua negara dan mereka melakukan segala daya jahatnya untuk menunda hal ini," tukasnya.
BACA JUGA:
Sejauh ini, perang Hamas dan Israel yang sudah memasuki hari ke-77 telah menyebabkan sekitar 20 ribu orang tewas di Gaza. Sementara di pihak Israel, sekitar 1.200 orang tewas akibat serangan Bulan Oktober.
Meski demikian, Lapid meyakini, solusi dua negara dengan merdekanya Palestina sebagai negara belum mati, namun tertunda karena konflik yang terjadi.
"Saya rasa idenya belum mati. Saya pikir hal ini akan tertunda secara signifikan, karena kita perlu menemukan cara untuk menjamin keselamatan rakyat kita," pungkas Lapid.