Tujuh Macan Tutul Arab yang Terancam Punah Lahir di Arab Saudi Tahun Ini
Anak macan tutul Arab. (Sumber: Royal Commission for AlUla)

Bagikan:

JAKARTA - Tujuh macan tutul Arab yang terancam punah berhasil dilahirkan tahun ini di Arab Saudi, saat jumlahnya di alam liar kurang dari 200 ekor dan terancam oleh berkurangnya habitat alami dan perburuan.

Semua kelahiran tersebut terjadi di Pusat Pembibitan Konservasi di Taif, menurut pengumuman Komisi Kerajaan untuk AlUla.

Kelahiran tersebut menjadikan jumlah total macan tutul di pusat konservasi itu menjadi 27 ekor, hampir dua kali lipat dari jumlah awal 14 ekor sejak proyek pembibitan dimulai pada tahun 2020.

"Ini adalah tonggak penting lainnya dalam upaya berkelanjutan kami untuk melestarikan spesies ini, dengan meningkatkan populasi setiap tahun untuk mencapai tujuan akhir kami, yaitu memperkenalkan kembali macan tutul ke alam liar AlUla dan Arab yang lebih luas," jelas manajer pusat konservasi itu Abdulaziz Alenzy, dilansir dari The National News 20 Desember.

Macan tutul Arab dianggap sangat terancam punah. Jumlahnya diperkirakan kurang dari 200 ekor di alam liar antara Arab Saudi, Oman dan Yaman. Hilangnya habitat dan perburuan liar menjadi penyebab kematian mereka.

Awal tahun ini, komisi tersebut membentuk dana abadi sebesar 25 juta dolar AS untuk mempromosikan upaya konservasi, serta menandatangani perjanjian 10 tahun senilai 20 juta dolar AS dengan organisasi Amerika Panthera untuk mendukung upaya tersebut.

Dari anak-anak yang baru lahir, lima di antaranya dibesarkan oleh ibu mereka di pusat tersebut tanpa perawatan tambahan dari staf, yang menjaga jarak untuk memastikan ikatan keibuan yang kuat, kata Alenzy.

Sedangkan dua anak macan tutul Arab lainnya dipelihara oleh staf konservasi, setelah mereka ditinggalkan oleh induknya usai dilahirkan.

Anak-anaknya akan dipelihara oleh anggota staf yang akan menemani mereka sepanjang waktu, tidur di dekat mereka dan memberi mereka makan setiap dua jam atau lebih, dengan mengikuti pedoman konservasi yang ketat.

"Sebaiknya induknya terikat dengan anaknya dan membesarkannya secara alami," jelas Alenzy.

"Tetapi kadang-kadang, seringkali pada ibu yang baru melahirkan, ada kemungkinan dia meninggalkan anaknya karena kurangnya pengalaman. Dia tidak tahu bagaimana cara memberi makan anaknya," lanjutnya.

"Di alam liar, dia bisa membiarkannya mati. Tentu saja, karena Macan Tutul Arab adalah subspesies penting dan hewan yang sangat terancam punah, di fasilitas kami, kami mengambil keputusan untuk mengambil tindakan," tandasnya.

Ia mengatakan, tim di pusat konservasi memantai anak macan tutul selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu melalui kamera CCTV.

"Anak-anak yang dipelihara dengan tangan sama pentingnya dengan anak-anak yang dibesarkan oleh ibu mereka. Namun setelah dipelihara, mereka perlu diperkenalkan kembali dengan macan tutul lainnya, yang memerlukan pelatihan khusus dan banyak kesabaran," jelasnya.

"Setelah lima hingga enam minggu, kami menempatkan mereka kembali di kandang selama beberapa jam setiap hari untuk mengintegrasikannya kembali. Kami juga memindahkan mereka dari susu ke makanan padat – ini bisa menjadi proses yang sulit, namun ini menunjukkan betapa pentingnya menyelamatkan hewan-hewan tersebut," pungkasnya.