Bagikan:

JAKARTA - Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran dari pemilih muda (Fanta) menyebut Indonesia memiliki potensi untuk bertransformasi menjadi negara super power di 2045.

Hal itu disampaikan Komandan TKN Fanta Law Andy Riza Fardiansyah dalam diskusi bertajuk Aspek Hukum dan Ekonomi terkait Penerapan Hilirisasi di Indonesia di Sekretariat Fanta Heartquake, Menteng, Jakarta, Rabu, 20 Desember.

Andy mulanya bicara soal cita-cita pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Di mana Prabowo juga ingin melanjutkan program hilirisasi Presiden Joko Widodo.

Menurut Andy, Indonesia Emas seharusnya menjadi perhatian untuk bagaimana mempersiapkan negara dalam 20-30 tahun ke depan. Di mana Indonesia emas dikaitkan dengan hilirisasi.

"Kenapa hilirisasi kemudian menjadi isu, itu karena kita selama ini adalah negara yang punya barang tambang. Selama ini yang kita ekspor keluar itu adalah galiannya, bahan mentahnya, jadi digarap tanahnya, proses kita ekspor keluar berpuluh-puluh tahun seperti itu. Bukan hanya emas, nikel dan bauksit kemudian diinisiasi oleh pemerintahan Jokowi untuk memang betul-betul memisahkan bahwa kalau memang kita hanya ekspor emas ya kita harus ekspor emas, bukan pasir," ujar Andy di Sekretariat TKN Fanta, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 20 Desember.

Menurut negara luar, kata Andy, Indonesia belum siap untuk melakukan hilirisasi dari berbagai aspek, seperti aspek teknologi dan aspek sumber daya manusia. Tapi sebenarnya, menurut Andy, Indonesia adalah negara yang punya bonus demografi.

"Jika berbicara 2045, kita akan bisa berpotensi, bertransformasi menjadi sebuah negara yang sangat super power di 2045," kata Andy.

"Saya pernah diskusi dengan beberapa dosen juga tentang ini bahwa potensi kita untuk bertransformasi menjadi negara super power itu sangat besar di 2045 dibandingkan negara-negara yang kemudian hari ini menjadi negara maju dunia, contoh Jepang misalnya," sambungnya.

Andy mengatakan, Jepang masuk dalam fase di mana regenerasinya hampir punah. Krisis Jepang, kata dia, meliputi rendahnya tingkat perkawinan, rendahnya tingkat kelahiran.

"Bahkan, di Jepang itu kalau teman-teman buka sosmed dan segala macam sering browsing banyak rumah-rumah yang kemudian digratiskan oleh pemerintah Jepang," katanya.

 

Selain itu, tambah Andi, juga ada Kanada yang hari adalah negara yang membuka lebar-lebar perbatasannya, menerima imigran masuk dengan iming-iming pekerjaan yang layak dan segala macamnya.

"Kenapa? Karena dia mengalami krisis dalam aspek demokrasi. Sedangkan di Indonesia, pertumbuhan penduduk yang tinggi, usia produktif yang tinggi sangat mendukung untuk bisa menjadi negara yang sangat super power di 2045," pungkas praktisi hukum itu.

Dalam diskusi tersebut, turut hadir Koordinator Kajian Isu Strategis Fanta Law Irvan Nugroho Wicaksono dan ⁠Koordinator Relawan BISON, Ginka Ginting.