JAKARTA - Seorang mantan tentara Rusia ingin bersaksi di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) tentang kejahatan perang Rusia yang disaksikannya saat berperang di Ukraina, dengan ia juga mencari suaka di Belanda, kata sumber hukum Belanda.
Pria tersebut, yang di media Belanda mengidentifikasi dirinya sebagai Igor Salikov (60) mengatakan, dia telah menjadi anggota pasukan Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri di Ukraina timur sejak tahun 2014, dan telah bekerja sebagai instruktur untuk kelompok tentara bayaran Wagner di Ukraina.
Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi posisinya, baik dalam kelompok separatis pro-Rusia maupun kelompok Wagner.
Jaksa kejahatan perang Ukraina Yurii Belousov mengatakan kepada Reuters, Salikov telah berhubungan dengan jaksa Ukraina selama lebih dari enam bulan dan memberikan kesaksian.
"Dia memberikan kesaksian penting, beberapa di antaranya telah dikonfirmasi, mengenai invasi pada 24 Februari 2022. Dia melaporkan beberapa kejahatan perang, yang sedang kami selidiki, dan beberapa telah dikonfirmasi," kata Belousov kepada Reuters melalui pesan teks, seperti dikutip 20 Desember.
Rusia sendiri sejak perang pecah dengan tegas membantah melakukan kekejaman atau menargetkan warga sipil di Ukraina.
Lebih jauh Salikov mengatakan kepada program televisi Belanda EenVandaag dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Hari Senin, dia siap untuk bekerja sama sepenuhnya dengan ICC dan secara pribadi telah menyaksikan "kekejaman terhadap warga sipil".
Sementara itu, Kantor Kejaksaan ICC pada Hari Selasa mengonfirmasi telah menerima informasi dari Salikov, namun menambahkan pihaknya tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut.
"Sejalan dengan kerahasiaan kegiatannya, kantor tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal apakah seseorang terlibat sebagai saksi potensial atau dalam kapasitas lain," kata seorang juru bicara melalui pesan teks.
Diketahui, pengadilan yang terletak di Kota Den Haag, Belanda itu sedang melakukan penyelidikan atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Ukraina.
BACA JUGA:
Pada Bulan Maret, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin dan ombudsman anak Maria Lvova-Belova, terkait tuduhan kejahatan perang terkait penculikan anak-anak Ukraina. Kremlin menolak tuduhan tersebut.
Terpisah, kelompok hak asasi manusia Gulagu.net dalam sebuah postingan di Telegram mengatakan Salikov belum diterima oleh ICC setelah kedatangannya di Belanda pada Hari Senin, karena jaksa dan hakimnya belum siap untuk menanyainya.
"Mereka tidak menyangkanya," kata kelompok itu.