Bagikan:

JAKARTA - Militer Amerika Serikat mengumumkan pihaknya untuk sementara menghentikan operasional seluruh armada pesawat V-22 Osprey, usai kecelakaan mematikan yang terjadi di lepas pantai Jepang pekan lalu saat mengikuti latihan rutin.

Pesawat terbang militer tiltrotor CV-22 Osprey dari 353rd Special Operations Wing Angkatan Udara AS yang berbasis di Pangkalan Udara Yokota, pinggiran barat Tokyo, menghilang dari radar dan jatuh pada 29 November. Delapan awak di dalamnya dinyatakan tewas.

Berbicara di Komite Keamanan Nasional Majelis Rendah pada Hari Kamis, Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara mengatakan Jepang akan mendesak Amerika Serikat untuk menyelidiki penyebab kecelakaan Osprey terbaru, dikutip dari Kyodo News 7 Desember.

Menteri Kihara juga mengatakan dia yakin Amerika Serikat akan berbagi "informasi sedetail mungkin" dengan Jepang.

Mengutip BBC, pada saat kecelakaan terjadi, pesawat Osprey tersebut sedang dalam penerbangan pelatihan dari pangkalan udara Korps Marinir AS di Prefektur Yamaguchi dan sedang menuju Pangkalan Udara Kadena di Okinawa.

Saksi mata mengatakan pesawat itu terbalik dan terbakar sebelum jatuh di lepas pantai. Enam mayat telah ditemukan dari delapan korban tewas dalam kecelakaan itu.

"Pengabdian terhormat delapan Penerbang ini kepada Negara besar ini tidak akan pernah terlupakan, karena mereka kini termasuk di antara para raksasa yang membentuk sejarah kita," ujar Komandan Komando Operasi Khusus Angkatan Udara Letjen Tony Bauernfeind.

Dikatakan, penghentian operasional ini akan memberikan "waktu dan ruang untuk penyelidikan menyeluruh, guna menentukan faktor penyebab dan rekomendasi untuk memastikan armada CV-22 Angkatan Udara kembali beroperasi."

"Informasi penyelidikan awal menunjukkan potensi kegagalan material yang menyebabkan kecelakaan itu. Namun, penyebab utama kegagalan tersebut tidak diketahui saat ini," kata kata Komando Operasi Khusus Angkatan Udara AS.

Komando Sistem Udara Angkatan Laut, yang bertanggung jawab atas varian Korps Marinir dan Angkatan Laut Osprey, secara terpisah mengatakan telah melarang terbang semua pesawat, untuk menerapkan lebih banyak kontrol mitigasi risiko.

Jepang sendiri adalah satu-satunya negara selain Negeri Paman Sam yang diketahui mengoperasikan Osprey, yang beroperasi baik sebagai helikopter maupun pesawat dengan baling-baling. Usai kecelakaan, Jepang juga mengandangkan seluruh armada Ospreynya yang berjumlah 14 unit.