JAKARTA - Ketua Umum Ganjarist (relawan pendukung Ganjar Pranowo), Kris Tjantra, menilai kritikan Agus Zaini yang dialamatkan ke Ganjar Pranowo sebagai dalang terkait gagalnya Indonesia menyelenggarakan Piala Dunia U-20 adalah tulisan dari orang yang sedang berkhayal.
"AZ menulis opini layaknya orang sedang mengkhayal di atas tempat tidur, dan berharap apa yang dikhayalkan akan muncul dalam mimpinya. Opini yang disampaikan, atau lebih tepat disebut asumsi, penuh imajinasi seperti dongeng yang asik untuk pengantar tidur. Hiburan yang layak dinikmati sendiri. Tak ubahnya obrolan warung kopi atau lapo tuak," tulis Kris Tjantra dalam keterangannya, Minggu 3 Desember.
Kris Tjantra menilai, sebaiknya Agus Zaini perlu membaca lebih banyak literatur sehingga memiliki referensi yang cukup dan memahami secara mendalam terkait sebuah masalah.
"Dengan demikian apa yang disampaikan merupakan sebuah fakta yang didukung oleh data yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hanya sekadar asumsi, rumor, dongeng, khayalan, apalagi mimpi," ungkap Kris Tjantra.
Lebih lanjut Kris Tjantra menambahkan, Agus Zaini dalam tulisannya mengatakan bahwa, penolakan Ganjar kepada tim Israel yang mengakibatkan batalnya penyelenggaraan piala dunia, dianalogikan sebagai bentuk perlawanan kepada Presiden Joko Widodo.
Kris Tjantra menilai Agus Zaini tidak paham dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia sehingga dengan gamblang memframing Ganjar Pranowo sedang "melawan" Presiden Joko Widodo.
"Agus Zaini perlu memahami bahwa penolakan Ganjar itu bukan bentuk perlawanan kepada Presiden Jokowi sekaligus bukan juga untuk menunjukkan ‘loyalitas buta’ kepada Megawati Soekarnoputri. Tindakan yang diambil Ganjar adalah sepenuhnya karena memahami dan patuh kepada Konstitusi. Sikap yang sudah sewajarnya ditunjukkan oleh seorang pemimpin," tegas Kris Tjantra.
"Bahwa FIFA sesunguhnya sudah membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 sebelum Ganjar bersuara, dengan mempertimbangkan berbagai analisis intelijen dan hankam. Sehingga sangat dangkal menilai suara Ganjar dapat membatalkan keputusan FIFA," tambahnya.
Kris Tjantra juga menyatakan, kritikan Agus Zaini terhadap Ganjar yang dianggap sebagai upaya meraih popularitas semata adalah salah. Kris Tjantra justru beranggapan, sikap Ganjar ini justru menjadikan mantan Gubernur Jawa Tengah ini sasaran tembak.
BACA JUGA:
"Ganjar menuai kontroversi atas sikapnya yang tidak populis. Namun Ganjar tidak peduli walaupun elektabilitasnya sempat turun karena sikap tersebut. Baginya jauh lebih penting menunjukkan sikap seorang nasionalis yang tidak mementingkan kepentingan pribadi, tidak tunduk pada organisasi dunia seperti FIFA, namun tunduk kepada Konstitusi," lanjutnya.
Pada akhirnya Kris Tjantra memberikan nasehat kepada Agus Zaini untuk "segera bangun dari mimpinya" dan membaca lagi tentang riwayat atau catatan sejarah terkait loyalitas seorang Ganjar Pranowo untuk PDIP.
"Mengasosiasikan Ganjar dengan cerita Brutus sang penghianat adalah bagian paling lucu dari khayalan Agus Zaini. Sebaiknya dia perlu segera bangun dari mimpinya dan membaca lebih banyak lagi catatan sejarah yang menunjukkan loyalitas Ganjar yang tidak hanya teruji pada PDI Perjuangan yang telah mendidik dan membesarkannya. Loyalitasnya juga teruji pada bangsa dan negara, pada ideologi bangsa, nilai-nilai kebangsaan, dan kebhinekaan," tutup Kris Tjantra.