JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan, peluncuran satelit mata-mata yang akan mulai beroperasi Desember mendatang, merupakan wujud hak untuk membela diri, dengan itu disambut baik Pyongyang lantaran menandakan mereka dapat melakukan serangan ke belahan dunia mana pun, menurut laporan media pemerintah.
Korea Utara mengatakan pada Hari Selasa, satelit mata-mata pertama negara itu sukses mengorbit, memicu kecaman internasional karena itu melanggar resolusi PBB terkait larangan penggunaan teknologi yang dapat diterapkan pada program rudal balistik.
Pemimpin Kim mengunjungi Administrasi Teknologi Dirgantara Nasional (NATA) pada Hari Kamis, untuk memberi selamat kepada para ilmuwan dan teknisi luar angkasa atas kesuksesan peluncuran Hari Selasa yang dikatakan "peristiwa yang membuka mata", lapor kantor berita KCNA.
"Dia mengatakan, kepemilikan satelit pengintaian adalah perwujudan hak untuk membela diri. Angkatan bersenjata DPRK tidak boleh menyerah sedikit pun atau berhenti, bahkan sesaat pun," kata KCNA, menggunakan inisial nama resmi Korea Utara Republik Demokratik Rakyat Korea, seperti dikutip dari Reuters 24 November.
Korea Utara menggelar resepsi untuk merayakan peluncuran tersebut pada hari Kamis, di mana Perdana Menteri Kim Tok Hun mengatakan satelit tersebut akan mengembangkan militer Korea Utara menjadi "tentara terbaik di dunia yang memiliki kemampuan serangan yang menjangkau seluruh dunia".
Diketahui, peluncuran satelit minggu ini adalah upaya ketiga Korea Utara tahun ini, setelah dua kegagalan dan menyusul perjalanan Pemimpin Kim ke Rusia pada Bulan September, di mana Presiden Vladimir Putin berjanji membantu Pyongyang membangun satelit.
BACA JUGA:
Pemerintah Pyongyang mengatakan, satelit yang dinamai Malligyong-1 tersebut akan memulai misinya pada 1 Desember, setelah melalui proses penyesuaian selama tujuh hingga 10 hari, dikutip dari Kyodo News.
Usai peluncuran, media resmi Korea Utara melaporkan Pemimpin Kim diberikan pengarahan selama kunjungan ke pusat kendali satelit tersebut.
Pemimpin Korea Utara tersebut mencatat, angkatan bersenjata negaranya telah memiliki "'mata' yang mampu mengawasi jarak yang sangat jauh," menurut laporan tersebut.