JAKARTA - United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menyatakan besar kemungkinan banyak kapal yang membawa pengungsi Rohingya akan berangkat dari Bangladesh dan Myanmar masuk ke wilayah perairan Indonesia.
"Kemungkinan lebih banyak kapal akan berangkat dari Bangladesh dan Myanmar dalam waktu dekat, karena pengungsi Rohingya terus mencari keamanan dan perlindungan," kata Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann dalam keterangannya, Jumat 17 November, disitat Antara.
Ann Maymann mengungkapkan, berdasarkan laporan UNHCR, selain perahu yang saat ini masih dalam kesulitan dan meminta pertolongan untuk mendarat di Bireuen dan Aceh Utara, masih ada satu perahu yang saat ini terombang ambing di laut.
"Laporan menunjukkan bahwa setidaknya satu perahu lain mungkin berada di laut. Para pengungsi Rohingya terus mencari keamanan dan perlindungan, mereka mengambil risiko yang mempertaruhkan nyawa dalam mencari solusi," ujarnya.
Karena itu, UNHCR meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk segera bertindak, memungkinkan pendaratan serta menyediakan bantuan penyelamatan jiwa kepada para imigran tersebut.
Terutama, lanjut dia, kepada 200 pengungsi Rohingya yang membutuhkan makanan, air, dan perhatian medis, termasuk sejumlah besar perempuan dan anak-anak yang belum diizinkan mendarat dan masih berada di lepas pantai Aceh.
"Perjalanan berbahaya dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki peluang dan yang telah kehilangan harapan. Saat krisis global semakin meningkat dan sumber daya kemanusiaan semakin berkurang, kita harus segera bertindak untuk menyelamatkan nyawa, dan juga segera memperluas solusi," katanya.
BACA JUGA:
Selain Pemerintah Indonesia, UNHCR juga menyerukan semua negara meningkatkan koordinasi regional guna penyelamatan jiwa di laut untuk sepenuhnya memobilisasi kapasitas penyelamatan pengungsi Rohingya dan segera memfasilitasi pendaratan mereka.
Semua negara diharapkan mematuhi komitmen yang telah dibuat dalam Deklarasi Bali, meningkatkan kerja sama dan koordinasi regional untuk melakukan pencarian, penyelamatan yang dapat diprediksi serta pendaratan aman.
Lebih lanjut, ia menegaskan, hukum laut relevan (Konvensi SOLAS, UNCLOS, dan SAR) yang telah diratifikasi oleh Indonesia serta hukum kebiasaan internasional harus dijunjung tinggi setiap saat dan berlaku untuk semua negara tanpa memandang apakah mereka telah meratifikasi Konvensi Pengungsi 1951.
Di sisi lain, pihaknya bersama Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pengungsi juga mengapresiasi tindakan penyelamatan oleh masyarakat Aceh selama tiga hari terakhir terhadap pendaratan 341 imigran Rohingya yang tiba terpisah pada 14 dan 15 November 2023.
"UNHCR meminta agar kepedulian dan keramahan diberikan secara berkelanjutan untuk mendukung pendaratan perahu lain yang mungkin akan datang, termasuk perahu ketiga yang saat ini terombang ambing di lepas pantai Aceh," ujarnya.
Ann Maymann menyatakan, UNHCR dan para mitra siap untuk terus mendukung masyarakat dan pihak berwenang setempat menanggapi kebutuhan pengungsi yang mungkin mendarat di waktu mendatang.
"UNHCR dan para mitra telah berada di lokasi pendaratan, bekerja sama erat dengan pihak berwenang untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada mereka yang telah mendarat, termasuk banyak perempuan dan anak-anak," ujar Ann Maymann.