Bagikan:

JAKARTA - Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI dan Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) sepakat menangani pengungsi Rohingya bersama-sama. Pengungsi itu melarikan diri dari rumahnya di Myanmar ke negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia.

Kepala Bakamla Laksamana Madya (Laksdya) TNI Aan Kurnia menegaskan, persoalan pengungsi Rohingya masih menjadi perhatian bersama, terutama jika mereka ditemukan terombang-ambing di laut.

"Kami tetap pantau ini, dan juga koordinasi dengan APMM dan yang lainnya untuk mengatasi ini semua. Dari sisi kemanusiaan, kalau memang dia (pengungsi, red.) sudah dekat pantai, atau kapalnya rusak, ya, tentunya kewajiban untuk menolong," katanya saat jumpa pers ASEAN Coast Guard Forum 2023 di Jakarta, Rabu 7 Juni, disitat Antara.

Gelombang eksodus Rohingya, kelompok etnis muslim asal Myanmar, terlihat setidaknya sejak 2017 saat junta militer menyerang permukiman-permukiman warga komunitas Rohingya.

Data Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) pada tahun 2022 ada lebih dari 900.000 warga etnis Rohingya yang mengungsi di Cox Bazar, Bangladesh.

Namun, mereka yang mengungsi di Cox Bazar dan kantong-kantong pengungsi lainnya kerap menempuh perjalanan berisiko di laut untuk mencari suaka ke negara-negara lain yang mereka yakini memberi jaminan penghidupan lebih baik daripada di pengungsian.

Beberapa dari mereka ada yang nekat berlayar menggunakan perahu kayu ke Australia dan Selandia Baru untuk mencari suaka. Akan tetapi, sering kali perahu mereka rusak sehingga mereka terdampar di Indonesia dan Malaysia.

UNHCR sebagaimana dikutip dari laman resminya melaporkan sejak November 2022 sampai dengan Februari 2033 Indonesia menerima lima kapal yang mengangkut 644 pengungsi Rohingya. Sebagian besar dari mereka saat ini ditampung di tiga lokasi berbeda di Aceh, yaitu Lhokseumawe, Pidie, dan Aceh Besar (Ladong).

Dari jumlah itu, data UNHCR per 13 Februari 2023 sebanyak 167 orang melanjutkan perjalanan mereka ke negara tujuan.

Terkait dengan pengungsi Rohingya, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) Laksamana Madya Maritim Datuk Saiful Lizan bin Ibrahim optimistis masalah itu dapat diatasi bersama-sama. Dia mencontohkan beberapa kejadian, yang ditangani secara bersama-sama antara Indonesia dan Malaysia.

"Ada pernah berlaku kejadian ketika pelarian Rohingya ini datangnya dari Sumatra, kemudian langsung ke utara Malaysia, ini kami atasi bersama. Saya yakin hubungan baik antara Indonesia melalui Bakamla dan Malaysia melakui APMM akan memastikan isu-isu ini dapat diatasi bersama. Insyaallah," kata Datuk Saiful.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan terima kasih kepada Bakamla RI atas kerja sama dan koordinasi yang baik bilamana keduanya dihadapkan pada persoalan-persoalan keamanan di batas-batas wilayah perairan Indonesia dan Malaysia.