JAKARTA - Sekretaris Jenderal Antonio Guterres hingga para pekerja PBB melakukan mengheningkan cipta dan pengibaran bendera setengah tiang pada Hari Senin, untuk menghormati lebih dari 100 rekan mereka dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang tewas dalam konflik Hamas-Israel yang pecah bulan lalu.
Staf Kantor PBB di Jenewa menundukkan kepala saat lilin dinyalakan untuk mengenang 101 pekerja UNRWA yang tewas akibat serangan Israel di Gaza. Ini merupakan jumlah korban jiwa pekerja kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah organisasi yang sudah berusia 78 tahun tersebut.
"Ini adalah jumlah tertinggi pekerja bantuan kemanusiaan yang terbunuh dalam sejarah organisasi kami dalam waktu singkat," kata Direktur Jenderal Kantor PBB di Jenewa Tatiana Valovaya, melansir Reuters 13 November.
"Kami berkumpul di sini hari ini, bersatu di lokasi yang sangat simbolis ini, untuk memberikan penghormatan kepada rekan-rekan kami yang berani, yang mengorbankan nyawa mereka saat bertugas di bawah bendera PBB," ucapnya dengan bibir bergetar.
Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil di Gaza, mengatakan kelompok tersebut menggunakan penduduk di wilayah pesisir tersebut sebagai tameng manusia. Hamas membantah hal ini.
This morning UN staff honoured colleagues who had made the ultimate sacrifice. The UN flag flew at half-mast at the Organization’s offices around the world on Monday in memory of the 101 staff members of the UN agency for Palestine refugees, UNRWA, killed in Gaza since 7 October. pic.twitter.com/PW7uQaRRJi
— United Nations Geneva (@UNGeneva) November 13, 2023
"Saya ingin mengatakan, kita benar-benar menghadapi masa-masa yang sangat menantang bagi multilateralisme, bagi dunia," kata Valovaya.
"Tetapi PBB kini lebih relevan dari sebelumnya," tandasnya.
UNRWA mengatakan, beberapa anggota staf tewas ketika sedang mengantre untuk mendapatkan roti, sementara yang lain tewas bersama keluarga mereka di rumah mereka, akibat pertempuran di darat dan udara antara Hamas-Israel.
"Staf UNRWA di Gaza menghargai penurunan bendera PBB di seluruh dunia,” kata Tom White, direktur UNRWA di Gaza, dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA:
"Namun di Gaza, kami harus tetap mengibarkan bendera PBB sebagai tanda bahwa kami masih berdiri dan melayani rakyat Gaza," tegasnya.
Didirikan pada tahun 1949 setelah perang Arab-Israel pertama, UNRWA menyediakan layanan publik termasuk sekolah, layanan kesehatan dan bantuan. Banyak dari 5.000 staf UNRWA yang bekerja di Gaza adalah pengungsi Palestina.
Diketahui, setelah Gaza, konflik paling mematikan berikutnya bagi pekerja bantuan PBB adalah Nigeria, di mana 46 orang tewas akibat bom bunuh diri yang mengguncang kantor PBB di Abuja tahun 2011.