JAKARTA - Turki tidak akan membahas proyek apa pun yang berhubungan dengan energi bersama Israel, saat pemimpin negara itu kembali menegaskan tidak akan ada gencatan senjata dalam krisis di Gaza, Palestina.
Pejabat senior Turki mengatakan, pembahasan seperti itu saat ini tidak menghormati warga Palestina yang mengalami kebrutalan.
"Dalam suasana seperti ini, di tengah kebrutalan dan drama kemanusiaan yang begitu besar, maka tidak akan ada rasa hormat terhadap kemanusiaan, kemanusiaan kita, saudara-saudara kita di sana (di Palestina) jika membicarakan proyek apa pun," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Alparslan Bayraktar, dilansir dari Daily Sabah 9 November.
"Satu-satunya hal yang akan kita bicarakan saat ini adalah, bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan listrik, air dan makanan di Gaza. Ini bisa saja terjadi. Itu akan menjadi satu-satunya proyek," lanjutnya.
Israel diketahui melakukan blokade hingga serangan dari darat, laut dan udara terhadap Jalur Gaza, usai serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober lalu.
"Setelah kebrutalan dan kekejaman besar yang dialami di sana, satu-satunya proyek yang dapat kita bicarakan saat ini adalah bagaimana kita dapat menghidupkan kembali listrik di Gaza," ujar Bayraktar.
"Kami sudah kirimkan generatornya. Mereka menunggu di perlintasan perbatasan Rafah," imbuhnya.
"Kami sedang mempertimbangkan bagaimana kami dapat berkontribusi di sana melalui pembangkit listrik terapung dan pembangkit listrik bergerak, yang kami sebut kapal listrik," tandasnya, menggarisbawahi tidak mungkin membicarakan apa pun tanpa gencatan senjata.
Terpisah, meski desakan untuk gencatan senjata di Gaza terus disuarakan masyarakat internasional, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan itu tidak akan ada sampai pembebasan sandera.
"Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya para sandera yang diculik," tegas PM Netanyahu, dikutip dari The Times of Israel.
Ia juga mengatakan tidak ada bahan bakar yang akan diizinkan masuk ke Jalur Gaza, sebelum para sandera dibebaskan, menambahkan operasi darat merupakan bagian penting dari upaya untuk membawa pulang para sandera.
Diketahui, sekitar 1.400 orang tewas dan 240 lainnya disandera, akibat serangan Hamas ke wilayah selatan Israel.
BACA JUGA:
Mengutip Reuters dan Xinhua, setidaknya 10.569 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan Palestina yang berbasis di Gaza pada Hari Rabu.
Juru bicara kementerian Ashraf al-Qedra mengatakan, korban tewas termasuk 4.324 anak-anak, menambahkan lebih dari 26.000 orang terluka.
Ia juga meminta komunitas internasional untuk melindungi rakyat Palestina dari serangan Israel, karena sebagian besar korbannya adalah anak-anak dan perempuan.