Aplikasikan Penyekat Sampah di Saluran Air, PUPR Mataram NTB Ingin Permudah Pengangkutan
Aktivitas PUPR Kota Mataram, NTB mengangkat sampah hasil sistem penyekat sampah di Kali Ning. (ANTARA/Nirkomala).

Bagikan:

NTB - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram menerapkan sistem penyekat sampah menggunakan besi di sejumlah saluran air.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas PUPR Kota Mataram Miftahurrahman mengatakan upaya itu untuk mengurangi sampah mengalir ke hilir serta memudahkan pengangkutan.

"Penyekat sampah kita buat pada saluran-saluran yang teridentifikasi daerah rawan aliran sampah," katanya di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat 3 November, disitat Antara.

Dia menjelaskan, hingga saat ini penyekat sampah saluran air yang telah dibuat mencapai sekitar 35-40 titik tersebar di enam kecamatan se-Kota Mataram, dengan total anggaran lebih dari Rp200 juta.

Pembuatan penyekat sampah saluran itu dibuat secara bertahap dengan ukuran bervariasi sesuai dengan kondisi konstruksi, dimensi, dan lebar saluran.

Beberapa titik penyekat sampah yang sudah dibuat antara lain saluran di depan Rumah Potong Hewan (RPH) Majeluk, Udayana, Karang Pule, Karang Panas, Monjok, Taliwang, Karang Jangkong, Pagutan, depan RS Kota Mataram, Gegutu, dan depan Perpustakaan Provinsi NTB.

"Minggu lalu, kami juga pasang di Kali Ning karena melihat potensi sampah di kawasan itu cukup tinggi," kata Miftahurrahman yang juga menjabat sebagai Asisten II Bidang Administrasi Pembangunan dan Perekonomian Setda Kota Mataram.

Miftahurrahman menjelaskan, pemasangan penyekat sampah di saluran itu dinilai efektif selain menjaring sampah sekaligus bisa mengidentifikasi asal sampah apakah dari eksternal atau internal warga sekitar.

Dengan adanya penyekat sampah tersebut, ratusan pasukan biru petugas dari PUPR juga bisa dengan mudah membagi diri untuk melakukan penanganan sampah saluran.

"Petugas kami akan mengawasi titik-titik saluran yang sudah ada penyekat," katanya.

Artinya jika volume sampah yang dijaring banyak, petugas segera mengangkut, tapi jika masih memungkinkan akan diangkut hari berikutnya dan memprioritaskan titik yang lebih rawan.

"Kondisi ini terjadi, karena kita juga keterbatasan armada pengangkut sampah. Jadi kita gunakan skala prioritas," tandasnya.