JAKARTA - Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo mempertanyakan alasan baliho dirinya dan Mahfud MD serta atribut PDI Perjuangan (PDIP) di Gianyar, Bali tiba-tiba dicopot saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja. Katanya, kalau tak menyalahi aturan langkah ini sebenarnya cenderung berlebihan.
Hal ini disampaikan merespons pencopotan baliho di sekitar Balai Budaya Batubulan, Kabupaten Gianyar dicopot Satpol PP jelang kunjungan Jokowi pada Selasa siang, 31 Oktober.
"Saya lagi coba bertanya-tanya kenapa dicopot begitu ya, memang kalau ada yang melanggar sih silakan dicopot, tapi kalau tidak ada yang melanggar, ya sebaiknya tidak perlu berlebihan," kata Ganjar usai menghadiri Mukernas V, Persatuan Radio TV Publik Daerah seluruh Indonesia di Prama Sanur Beach, Bali pada Rabu, 1 November.
Ganjar mengaku sudah berkomunikasi dengan Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster soal pencopotan baliho itu. Belakangan, diketahui pemasangan sudah dilakukan.
"Saya senang karena saya sudah berkomunikasi dengan Pak Wayan Koster, kemarin akhirnya ada statement, dan kemudian dipasang lagi, ya kita senang," ujarnya.
Eks Gubernur Jawa Tengah ini kemudian berharap peristiwa ini bisa jadi pelajaran pentingnya aparat penegak hukum netral dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sebab, kontestasi lima tahunan ini harus berjalan dengan dengan aman, damai, dan adil.
"Yang penting semua harus mendorong bahwa pemilu besok harus berjalan baik, aparatur semuanya bisa netral, itu penting," tegas Ganjar.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, baliho bergambar Ganjar-Mahfud MD dicopot Satpol PP sekitar pukul 10.30 Wita. Bendera PDIP yang ada di sekitarnya ikut diangkut jelang kedatangan Presiden Jokowi di Gianyar, Bali.
Adapun kehadiran Presiden Jokowi ke Balai Budaya Batubulan untuk menyerahkan langsung bantuan pangan cadangan beras pemerintah bagi masyarakat penerima manfaat.