Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut efek pembatasan kegiatan masyarakat kerap terlihat di minggu keempat pelaksanaannya.

Hal ini didasari pengalaman pembatasan sebelumnya, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Dia lantas mencontohkan pembatasan di DKI Jakarta, pada September lalu, saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diperketat selama empat minggu efeknya baru terasa di minggu keempat. Tren ini juga terjadi pada PPKM jilid pertama dan jilid kedua.

"Jadi waktu tiga minggu pertama masih naik tapi begitu minggu keempat mulai turun," kata Wiku dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di YouTube, Rabu, 10 Februari.

Menurutnya, hal ini disebabkan oleh karena adanya penundaan pengiriman data dari masing-masing wilayah. Sehingga, dampak penerapan pembatasan tidak bisa langsung diketahui pada minggu yang sama setelah diberlakukan.

"Pasti ada delay enggak bisa langsung (diketahui, red). Kebijakan begitu kan karena penyakit itu bertahap untuk menimbulkan gejala, dampak pasti akan delay tapi efeknya jangka panjang, menengah, pasti besar," ujarnya.

"Dan ini kalau kita teruskan, maka harusnya kita memanen penurunan kasus," imbuhnya. 

Diberitakan sebelumnya, Satgas Penanganan COVID-19 mengklaim pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada minggu keempat menunjukkan hasil positif seperti penurunan kasus aktif COVID-19 dan penurunan angka keterisian tempat tidur.

Jika pada akhir minggu ketiga pelaksanaan PPKM persentase kasus aktif mencapai 16,24 persen kini di minggu keempat persentase kasus aktif mencapai 15,23 persen.

Sementara terkait keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan COVID-19, disebutnya terus mengalami penurunan setelah PPKM dilaksanakan. Bahkan, total penurunannya hingga saat ini mencapai 10,21 persen.