JAKARTA - Polda Metro Jaya menggelar simulasi pengamanan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Dalam simulasi itu memperagakan langkah-langkah penyelesaian gangguan yang terjadi selama pesta demokrasi tersebut.
Simulasi pengamanan tersebut melibatkan anggota TNI-Polri, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan pihak terkait lainnya. Adapun, simulasi itu menggambarkan rangkaian kegiatan pemilu mulai dari masa kampanye hingga pemungutan suara.
Pada beberapa adegan simulasi, satu di antaranya memperlihatkan penindakan aksi money politik. Kemudian, penanganan ketika simpasitan pasangan Capres dan Cawapres tak menerima hasil penghitungan suara yang berujung kericuhan.
Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto mengatakan digelar simulasi pengamanan Pemilu 2024 ini dengan maksud agar personel yang terlibat mengingat langkah-langkah yang mesti dilakukan ketika menghadapi gangguan.
"Ini adalah simulasi kesiapan dan tentunya bagi kami refresing untuk melakukan, mengingatkan kembali protap-protap (prosedur tetap) yang harus dilakukan," ujar Karyoto kepada wartawan, Rabu, 18 Oktober.
Menurutnya, dengan mengelar simulasi itu, anggotanya bisa mengerti tahapan atau cara untuk menghadapi kondisi dengan eskalasi rendah hingga paling tinggi.
"Seiring waktu kami semua, pelaksana pemilu, KPU-Bawaslu, pemerintah daerah TNI-Polri sudah sangat solid. Ini adalah modal besar bagi kami untuk melakikan pengamanan," ungkapnya.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Karyoto juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang meski pilihannya tak menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Sebab, pesta demokrasi lima tahunan itu bukan akhir dari segalanya melainkan awal untuk kemajuan Indonesia.
"Imbauan kami juga kepada masyarakat pesta (demokrasi) ini bukan hidup dan mati sebuah golongan. Tapi ini adalah keberlanjutan bangsa dan negara. Sehingga kami mengharapkan semua pihak bisa menjalankan perannya ssuaia dnwgan aturan dengan benar dan baik," kata Karyoto.