Bagikan:

KANDANGAN - Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan Kusairi menyatakan telah menangani 141 hektare areal terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang tersebar pada 10 kecamatan.

“Dari 141 hektare lahan yang terbakar tersebut bisa kita ditangani dari Tim Satgas Karhutla HSS, sementara yang tidak bisa ditangani karena lokasi jauh tidak dapat dikalkulasi," kata Kusairi dikutip ANTARA, Selasa, 10 Oktober.

Untuk mengatasi persoalan karhutla tersebut, Kusairi juga berharap kepolisian terus melakukan penindakan terhadap oknum yang membakar lahan dengan sengaja.

Kemudian, Kusairi mengimbau masyarakat tidak membakar lahan dan hutan, karena berpotensi menimbulkan karhutla sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.

Kusairi mengungkapkan, karhutla terjadi siang dan malam dengan titik api lebih dari satu dengan jarak yang sulit, sehingga membuat satgas karhutla bersama relawan pemadam kebakaran harus bekerja keras, berjibaku memadamkan api lahan yang terbakar.

“Siang malam relawan pemadam kita harus berjibaku memadamkan api karhutla, bantu kami jangan membakar lahan serta mari kita bersama-sama berdoa kepada Allah SWT agar kemarau segera berlalu dan ada hujan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Dinkes HSS) Kalimantan Selatan Rasyidah menyampaikan kabut asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan berdampak terhadap peningkatan jumlah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Ia mengatakan, selama karhutla yang terjadi dari Juli hingga September 2023 menimbulkan ribuan kasus ISPA di Kabupaten HSS.

"Berdasarkan data kita dari kasus ISPA yang dikirim oleh puskesmas dan rumah sakit selama Juli, Agustus, September 2023 kasus ISPA sudah mencapai 5.045 kasus," kata Rasyidah.

Rasyidah menyebutkan jumlah kasus ISPA pada Januari-September 2023 mencapai 14.261 kasus, namun kasus meningkat saat karhutla pada musim kemarau.

Dampak akibat kabut asap bagi kesehatan telah meningkatkan risiko penyakit ISPA dan pneumonia, serta merangsang timbul penyakit lain.

Penyakit tersebut tidak kalah berbahaya dari ISPA dan pneumonia, yakni iritasi pada mata, hidup, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan.

“Kabut asap juga dapat memperburuk orang dengan riwayat penyakit asma dan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan untuk anak sangat rentan terhadap kabut asap ini,” ujarnya.