Senior Partai Demokrat: Pak Moeldoko Pendengar yang Baik
Moeldoko (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Politikus senior Partai Demokrat Darmizal mengatakan, pertemuan Moeldoko dengan sejumlah kader dan eks kader Demokrat adalah untuk membahas bantuan bencana di Kalimantan Tengah. Bukan untuk melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Ketua Umum Partai Demokrat.

Hanya saja, di tengah-tengah pertemuan itu, ada sejumlah kader Demokrat yang menceritakan mengenai kondisi internal partai. Kemudian, pertemuan itu juga diinisiasi oleh internal partai.

"Jadi begini, namanya orang bertemu, berdiskusi mungkin ceritanya jauh ke mana-mana. Kan mulainya dari (bahas bantuan) bencana, bagaimana bisa datang ke Jakarta difasilitasi oleh Iwan Datuk Adam (Alm), tentu ada pertanyaan dari kawan-kawan juga," kata Darmizal kepada VOI, Jakarta, Minggu, 7 Februari.

Nah, saat membahas mengenai bantuan bencana, Moeldoko memberikan masukan. Namun, saat kader Demokrat bercerita mengenai masalah internal Moeldoko tidak ada komentar. Moeldoko kata dia, hanya sebagai pendengar yang baik.

"Kalau pak Moeldoko enggak banyak tanya, tapi lebih banyak mendegar. makanya waktu beliau jadi panglima TNI ada program namanya panglima mendengar. Nah KSP juga gitu. KSP mendengar," kata Darmizal.

Dengan demikian, reaksi AHY atas pertemuan ini sangat berlebihan. Hal ini menandakan bahwa AHY tidak memiliki kekuatan dalam berpolitik.

"Pokok persoalannya adalah bantuan bencana. Kemudian diledakkan oleh saudara AHY sendiri, yang disebut deklarasi kudeta pada tanggal 1 Februari," kata dia.

Sebelumnya, AHY mengatakan, ada gerakan yang berupaya melengserkan dirinya dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.

Moeldoko sudah menyatakan bahwa meski ia memang pernah bertemu dengan sejumlah kader dan bekas petinggi Demokrat namun ia tidak pernah berniat untuk melakukan kudeta di tubuh partai Demokrat.

"Saya ini orang luar, tidak punya hak apa-apa gitu loh, yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? Tidak ada urusannya, 'wong' saya orang luar," kata Moeldoko.

Moeldoko mengaku juga menghormati pendiri partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI Soesilo Bambang Yudhoyono.

"Saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada pak SBY, ada putranya mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa partai politik itu biasa," ungkap Moeldoko.