JAKARTA - Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 mengakui pemahaman masyarakat terkait COVID-19 belum mendalam meski pandemi ada sejak awal tahun 2020 lalu.
Hal ini terlihat dari masih adanya stigma terhadap masyarakat kepada para pasien COVID-19 yang sudah negatif atau para penyintas. Sebab, hal semacam ini masih terjadi meski pandemi COVID-19 sudah memasuki bulan ke-11.
"Jika dilihat secara umum dan beberapa masyarakat, masih belum percaya serta pemahaman terkait COVID-19 belum mendalam," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat dihubungi VOI, Jumat, 5 Februari.
Dia juga menyebut, masyarakat tak perlu khawatir terhadap para penyintas COVID-19 yang sudah selesai melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dan tak melaksanakan swab ulang. Sebab, hal ini sudah sesuai dengan standar dunia yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO).
"Perlu diingat, bahwa standar ini sudah sesuai dengan standar dunia yang ditetapkan oleh WHO," tegasnya.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, untuk mencegah stigma negatif semacam ini, pemerintah akan terus melakukan edukasi. Sehingga, masyarakat bisa lebih memahami hal yang berkaitan dengan COVID-19.
Upaya edukasi dan promosi ini, kata Wiku, bakal dilakukan di berbagai kanal secara konvensional maupun digital.
"Pemerintah tidak pernah berhenti melakukan upaya edukasi dan promosi kesehatan di berbagai kanal baik konvensional maupun digital," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman telah meminta agar Satgas COVID-19 memperbaiki pola komunikasi mereka menjadi lebih informatif terutama terkait penyintas COVID-19.
Hal ini harus dilakukan agar tak ada lagi stigma negatif terhadap pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan negatif di tengah masyarakat.
"Saya kira ini harus diperbaiki mekanisme komunikasinya karena supaya jelas," ujarnya.