BANDUNG - Penjabat Gubernur Jawa Barat (Pj Gubernur Jabar) Bey Triadi Machmudin menyebut kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sarimukti kini telah padam sekitar 50 persen.
"Dalam rapat tadi dibahas tentang persoalan sampah (Bandung Raya). Hari ini sudah ada kemajuan memang api (kebakaran Sarimukti) sudah 50 persen padam," kata Bey usai rapat pimpinan dengan SKPD di Gedung Sate Bandung, Antara, Kamis, 7 September.
Untuk jangka pendek, kata Bey, telah dibahas juga langkah yang dilakukan seperti pengurangan sampah dari kota/kabupaten di Bandung Raya, serta usaha lainnya.
"Sudah ada kerja sama dengan daerah untuk mengurangi sampah, karena kan tidak hanya provinsi, tapi kota kabupaten juga," ucapnya.
Terkait dengan opsi penyediaan lahan darurat karena kebakaran menyebabkan operasional TPA Sarimukti terganggu, masih menunggu asesmen dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Jadi kalau dua hari ini sudah ada asesmen dari ITB, sudah disetujui, akan dibuka lahan baru, dan letaknya masih di sekitar lokasi itu (Sarimukti)," ucap Bey. Ia juga mengatakan Status Darurat Sampah Bandung Raya masih akan berlangsung sampai 24 September 2023.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar Prima Mayaningtyas mengatakan, dengan kondisi darurat sampah, pihaknya telah membuka 0,6 hektare lahan di sekitar TPA untuk menampung sekitar 8.600 ton sampah.
"Makannya saya minta sama Rektor ITB, kalau bisa sebelum tanggal 11 September, karena perhitungan saya 8.600 itu habisnya tanggal 11 September, sekarang kuota sudah lebih dari separo. Ini Cimahi juga minta tambahan kuota lagi, ini saya masih itung lagi," ucapnya.
Terkait dengan pembukaan zona buang di TPA Sarimukti, Prima mengatakan pihaknya menunggu asesmen dari ITB, termasuk dengan opsi pembukaan lahan atau zona baru di sekitaran TPA Sarimukti.
"Selama ada rekomendasi aman dari ITB, zona-zona tertentu aman kami akan buka di situ. Karena kan mereka analisisnya dari berbagai disiplin jadi akan menjadi rujukan. Rekomendasi itu juga akan diserahkan ke BPBD yang berwenang terkait kedaruratan," ucapnya.
Namun demikian Prima mengatakan bencana ini menjadi momentum untuk membangun kesadaran masyarakat dalam memilah sampah dari sumber serta membangun tata kelola pengolahan sampah yang lebih baik.
"Awal-awal sepertinya tidak siap dengan bencana ini, kayak orang gerudukan, kayak bingung dengan kondisi ini. Tapi ini momentum terbaik supaya semua orang sadar akan kondisi darurat ini dan mendorong berbagai pihak mulai CSR, bank sampah, komoditas, dan industri, mengurangi produksi sampah dan mengelola sampah secara baik," ucapnya.
Prima juga meminta masyarakat dan semua pemangku kepentingan untuk tetap sadar jika nantinya bencana kebakaran ini usai.
"Karena yang saya takutkan kalau dibuka kembali polanya yang sudah terbentuk jadi berubah lagi, seperti semula yaitu kumpul, angkut, buang, jangan seperti itu. Harus tetap baik," tuturnya.
BACA JUGA:
Kabar terakhir dari TPA Sarimukti, pengeboman air lewat udara untuk pemadaman kebakaran resmi dihentikan sejak Senin dan diganti dengan usaha pemadaman lewat darat dengan cara pengurukan tanah.