Menteri Keuangan Inggris Sebut akan Menghabiskan Apa Pun yang Dibutuhkan untuk Membuat Gedung Sekolah Lebih Aman
Tiverton High School Inggris. (Wikimedia Commons/Lewsi Clarke)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt berjanji untuk menghabiskan apa yang diperlukan, untuk membuat gedung sekolah lebih aman, saat banyak sekolah terpaksa ditutup sebelum tahun ajaran baru karena kekhawatiran akan beton yang runtuh.

Lusinan sekolah di Inggris terpaksa menutup seluruh atau sebagian gedungnya, setelah diidentifikasi memiliki beton aerasi autoclaved bertulang (RAAC) berisiko tinggi.

Penutupan tersebut memicu tuduhan kementerian gagal bertindak cepat, saat kekhawatiran itu pertama kali muncul tahun 2018.

Namun, Hunt mengatakan pemerintah telah mengambil tindakan dan melakukan pemeriksaan terhadap bangunan ketika itu. Hasilnya, bangunan diklasifikasikan aman. Tetapi, penilaian berubah setelah informasi baru tentang RAAC terungkap selama musim panas.

Berbicara di acara 'Sunday With Laura Kuenssberg' di BBC, Hunt tidak akan berspekulasi mengenai anggaran dana yang dibutuhkan.

"Kami akan menghabiskan apa yang diperlukan untuk memastikan anak-anak dapat pergi ke sekolah dengan aman, ya," ujarnya seperti dikutip dari The National News 4 September.

Dia menambahkan, Menteri Pendidikan Gillian Keegan "segera bertindak" ketika menerima informasi mengenai gedung-gedung sekolah.

Total ada sekitar 22.000 sekolah yang akan diperiksa secara menyeluruh terkait penggunaan RAAC berdasarkan data sejak tahun 2018.

Sementara itu, Komisaris Anak Rachel de Souza menyambut baik janji pendanaan tersebut, tetapi mengatakan “kita seharusnya tidak berada dalam situasi ini”.

"Seharusnya ada perencanaan dan program pembangunan sekolah yang sangat baik, yang dapat mengatasi hal ini selama bertahun-tahun," katanya dalam acara yang sama.

"Apakah kita benar-benar tidak perlu meminta untuk mengatakan, kita menginginkan bangunan yang aman dan layak digunakan? Tidak ada cukup uang di sana dan penanganannya tidak cukup cepat," sambungnya.

Diketahui, lebih dari 100 sekolah dan perguruan tinggi telah diberitahu oleh Departemen Pendidikan untuk menutup seluruh atau sebagian gedung, setelah runtuhnya balok yang sebelumnya dianggap aman.

Menteri Keegan sendiri berjanji, krisis ini tidak akan mengarah pada "kembalinya masa-masa kelam masa lockdown", meskipun ada panduan yang menyarankan sekolah untuk menggunakan pembelajaran jarak jauh bergaya pandemi, sebagai upaya terakhir jika mereka tidak dapat mengadakan pembelajaran tatap muka.

"Tidak ada pilihan selain penutupan setelah beberapa kasus di mana RAAC gagal," tulisnya di The Sun.

Sementara itu, beton aerasi autoclaved bertulang (RAAC) adalah bahan ringan yang banyak digunakan pada atap datar, tetapi juga pada lantai dan dinding antara tahun 1950-an dan 1990-an, seperti mengutip BBC.

Ini adalah alternatif yang lebih murah untuk beton standar, lebih cepat diproduksi dan lebih mudah dipasang. Namun, ini tidak tahan lama dan hanya memiliki umur pakai sekitar 30 tahun.

Perilaku strukturalnya berbeda secara signifikan dari beton bertulang tradisional. Selain itu, beton ini rentan terhadap kegagalan struktural ketika terkena kelembaban. Gelembung-gelembung tersebut memungkinkan air masuk ke dalam material.

Jika hal itu terjadi, tulangan yang memperkuat RAAC akan dapat membusuk, berkarat, dan melemah.

Karena itu, RAAC sering dilapisi dengan bahan lain, seperti aspal pada panel atap. Namun, material ini juga dapat mengalami degradasi.

Komite Tetap Keselamatan Struktural (SCOSS) mencatat. "Meskipun disebut 'beton', RAAC sangat berbeda dengan beton tradisional dan, karena cara pembuatannya, jauh lebih lemah."

Sedangkan menurut Loughborough University, ada puluhan ribu panel struktural ini yang sudah digunakan dan "banyak yang menunjukkan tanda-tanda keausan dan kerusakan".

Adapun Health and Safety Executive mengatakan, RAAC sudah melewati masa pakainya dan dapat "runtuh dengan atau tanpa pemberitahuan".