Bagikan:

JAKARTA - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan pada Hari Minggu, penyelidikan independen yang digelar tidak menemukan bukti adanya kapal Rusia yang mengumpulkan senjata dari negaranya akhir tahun lalu, sebelum diangkut kembali ke negara yang tengah berperang dengan Ukraina tersebut.

Kabar pengiriman itu bermula saat Duta Besar Amerika Serikat untuk Afrika Selatan Reuben Brigety mengatakan kepada jurnalis lokal Mei lalu, kapal kargo Rusia, Lady R, telah memuat senjata di pangkalan angkatan laut dekat Cape Town pada Bulan Desember 2022.

Tuduhan tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai sikap Afrika Selatan yang mengaku tidak berpihak dan netral terhadap perang Rusia di Ukraina, serta kekhawatiran akan kemungkinan sanksi Barat.

Dalam sebuah pidato, Presiden Ramaphosa mengatakan tuduhan tersebut memiliki dampak yang merusak ekonomi Afrika Selatan dan posisinya di dunia.

"Panel menemukan bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim kapal tersebut mengangkut senjata dari Afrika Selatan dengan tujuan Rusia," kata Presiden Ramaphosa, melansir Reuters 4 September.

"Tidak ada izin yang dikeluarkan untuk ekspor senjata dan tidak ada senjata yang diekspor," tegas Presiden Ramaphosa.

Lebih lanjut Presiden Ramaphosa mengatakan, kapal itu telah berlabuh di pangkalan tersebut untuk mengirimkan peralatan yang telah dipesan untuk Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan pada tahun 2018 oleh perusahaan pengadaan senjata Afrika Selatan, Armscor.

Namun demikian, dia mengatakan tidak dapat mengungkapkan rincian peralatan yang diturunkan, karena hal itu dapat membahayakan operasi militer yang penting dan membahayakan nyawa tentara Afrika Selatan.

"Ketika semua hal dipertimbangkan, tidak ada satu pun tuduhan yang dibuat tentang pasokan senjata ke Rusia yang terbukti benar," urai Presiden Ramaphosa.

"Tidak ada satu pun dari orang-orang yang membuat tuduhan ini, yang dapat memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaim yang telah dilontarkan terhadap negara kami," tandasnya.

Diketahui, ketika tuduhan itu dilontarkan, para pejabat Afrika Selatan dengan cepat menolak klaim tersebut, sementara Presiden Ramaphosa meluncurkan penyelidikan independen yang dipimpin oleh seorang pensiunan hakim.