Bagikan:

JAKARTA - Bandara Kota Aleppo yang terletak di utara Suriah tidak dapat beroperasi, akibat serangkaian serangan udara Israel pada Hari Senin.

"Sekitar pukul 04.30 pagi ini, musuh Israel melakukan agresi udara dari arah Mediterania barat Latakia, menargetkan Bandara Internasional Aleppo," seperti melansir Daily Sabah dari Kantor Berita SANA berdasar sumber meliter 28 Agustus.

Serangan itu mengakibatkan kerusakan pada landasan pacu Bandara Aleppo, tambah sumber militer tersebut.

Selama lebih dari 12 tahun perang saudara di Suriah, Israel telah melancarkan ratusan serangan udara yang menargetkan pasukan yang didukung Iran, pejuang Hizbullah Lebanon serta posisi tentara Suriah.

"Kami tidak mengomentari laporan di media asing," kata seorang juru bicara militer Israel kepada AFP.

Israel jarang berkomentar mengenai serangan yang mereka lakukan di Suriah, namun berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan musuh bebuyutannya, Iran, memperluas kehadirannya di negara tersebut.

Sementara itu, pejabat Kementerian Transportasi Suriah Suleiman Khalil mengatakan, kerusakan berpusat pada satu-satunya landasan pacu yang berfungsi.

"Tim pemeliharaan akan memulai pekerjaan perbaikan hari ini untuk mengembalikan bandara ke layanan secepat mungkin," ujarnya, seraya menambahkan penerbangan di bandara tersebut dialihkan ke Bandara Damaskus dan Latakia.

Sedangkan The Syrian Observatory for Human Rights mengatakan, serangan itu juga menargetkan depot senjata di bandara militer Nayrab yang berdekatan dengan bandara.

Diketahui, serangan Israel telah berulang kali menyebabkan penghentian penerbangan di bandara di Aleppo dan ibu kota Damaskus, yang keduanya dikendalikan oleh pemerintah.

Serangan Hari Senin terjadi seminggu setelah dua pejuang yang mendukung Pemerintah Suriah, tewas dalam serangan udara Israel di dekat Damaskus, kata The Syrian Observatory for Human Rights yang mengandalkan jaringan sumber di lapangan di Suriah.

Hingga saat ini, Perang Suriah telah menewaskan lebih dari 500.000 orang, membuat jutaan orang mengungsi, menghancurkan infrastruktur dan industri negara tersebut sejak dimulai pada tahun 2011.