JAKARTA - Kementerian Luar Negeri RI memastikan Kedutaan Besar RI di Damaskus memiliki rencana kontingensi, saat situasi di negara itu memanas seiring dengan serangan kelompok pemberontak.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, KBRI Damaskus menyiapkan langkah kontingensi untuk warga negara Indonesia (WNI) di negara itu, seiring dengan serangan kelompok pemberontak.
Kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) yang ditetapkan sebagai kelompok teroris, melakukan serangan dan secara bertahap menguasai Aleppo pada 27 November.
Pada 1 Desember, pertempuran pecah di Idlib, sebelum kemudian meluas dengan HTS memasuki beberapa desa di Provinsi Hama pada 4 Desember, kata Judha.
"Segera setelah terjadi eskalasi 27 November, kami bersama dengan lembaga terkait melakukan koordinasi dengan KBRI Damaskus dan juga KBRI sekitar, untuk melakukan langkah-langah kontingensi," jelas Judha dalam keterangan secara dari di Jakarta, Kamis 5 Desember.
"Jadi saat ini KBRI Damaskus telah memiliki rencana kontingensi, dan sesuai dengan rencana tersebut, kita telah meningkatkan status beberapa provinsi di Suriah menjadi siaga satu," lanjutnya.
Status siaga satu diberlakukan di Aleppo, Idlib, Hama, Dier Zour, Hasaka, Raqqa, Daraa dan Suwaida sejak 2 Desember.
Judha menerangkan, saat ini ada sekitar 1.162 WNI di Suriah, dengan persebaran di Damaskus (758 WNI), Hasaka (321), Aleppo (29), Latakia (20), Tartus (17), Hama (6) Homs (4) dan As Suwayda (1).
"Dari jumlah itu, kebanyakan bekerja di sektor domestik, diikuti dengan pelajar," jelas Judha.
BACA JUGA:
Berdasarkan sumber-sumber yang kami terima, kata Judha, kurang lebih ada sekitar 571 orang yag menjadi korban jiwa akibat peristiwa tersebut dari kalangan oposisi, pemerintah maupun warga sipil.
Terpisah, Judha mengatakan total ada 26.188 WNI di Timur tengah yang terpantau dan terus berkomunikasi dengan perwakilan Indonesia. Rinciannya Gaza (4 orang), Israel (231), Lebanon (82 + 1.232 personel unifil), Mesir (17.113), Suriah (1.162), Yaman (4.866), Irak (796), Yordania (1881) dan Sudan (52).