Bagikan:

PENAJAM - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Penajam Paser Utara Budi Santoso menjelaskan dua  kebakaran lahan terjadi di daerah tersebut dalam satu hari.

"Potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada musim kemarau cukup tinggi. Dalam satu hari ini  ditemukan dua kebakaran lahan," jelas Budi Santoso dilansir ANTARA, Sabtu, 12 Agustus.

Dalam dua bulan terakhir ini  terjadi delapan kasus kebakaran hutan dan lahan, dan sejumlah lokasi yang mengalami karhutla tersebut berada dekat dengan permukiman warga setempat.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan di daerah itu, kata dia, diduga akibat kegiatan masyarakat yang ingin membuka lahan dengan cara mudah, yakni dibakar tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan.

Masyarakat diimbau membuka lahan untuk pertanian dilakukan menggunakan cara lain yang lebih aman, seperti merintis lahan kendati membutuhkan waktu lama.

Membuka lahan dengan cara merintis, menurut dia, selain aman dari kebakaran hutan dan lahan, hasil dari merintis dapat digunakan sebagai bahan kompos.

Rumput dan daun kering yang terkumpul setelah merintis lahan dapat dicampur dengan bahan pembuat kompos, tambah dia, tentu lebih bermanfaat karena tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan, serta dampak lainnya.

Hingga kini, BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara, berhasil mengatasi delapan kebakaran hutan dan lahan dengan luas lebih kurang 6,03 hektare di daerah Benuo Taka itu.

"Lahan yang terbakar sekitar 6,03 hektare, semua kebakaran hutan dan lahan terjadi di wilayah Kecamatan Penajam, " katanya.

Tingginya kasus kebakaran di wilayah Kecamatan Penajam, karena mayoritas lahan di wilayah itu merupakan lahan gambut yang mudah terbakar.

Kebakaran hutan dan lahan mulai terjadi saat berlangsung musim kemarau, yakni empat kebakaran hutan dan lahan terjadi pada Juli 2023 dan Agustus 2023 sudah terjadi empat kebakaran hutan dan lahan.