JAKARTA - Indonesia ingin perjanjian investasi bilateral dengan Swiss dapat segera diratifikasi, mengingat negara itu merupakan investor terbesar kedua asal Eropa di dalam negeri.
Itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menerima kunjungan timpalannya Ignazio Cassis di Jakarta, yang juga membahas sejumlah isu lainnya di luar masalah investasi.
Menlu Retno menerangkan, Swiss adalah salah satu mitra ekonomi penting Indonesia di Eropa. Menurutnya, kunjungan hari ini memberikan momentum yang lebih besar untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat yang lebih tinggi.
"Swiss adalah mitra terbesar kami di EFTA (Asosiasi Perdagangan Bebas Perdagangan Bebas Eropa), dan juga salah satu investor Eropa terbesar di Indonesia," jelas Menlu Retno dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu 2 Agustus.
Lebih jauh diterangkan olehnya, nilai perdagangan bilateral Indonesia-Swiss tahun lalu mencapai 2,7 miliar dolar AS atau naik sekitar 38 persen dibanding tahun 2021.
Berlakunya Indonesia-EFTA CEPA sejak November 2021 telah berkontribusi pada tren positif ini, kata Menlu Retno.
Menlu Retno mengatakan, untuk meningkatkan kemitraan investasi, di mana Swiss merupakan investor Eropa terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2021, ia menggarisbawahi pentingnya untuk memastikan Perjanjian Investasi Bilateral dapat diratifikasi dalam tahun ini.
"Perjanjian ini akan memberikan perlindungan hukum dan kepastian usaha bagi dan kepastian usaha bagi para investor kami," jelas Menlu Retno.
"Kami juga ingin berkolaborasi dengan Swiss dalam pengembangan ibu kota baru Indonesia, Nusantara. Terutama di bidang-bidang seperti industri perhotelan dan pendidikan tinggi.
pendidikan," ungkap Menlu Retno.
Dalam kesempatan tersebut, Menlu Retno juga menyampaikan komitmen kuat Indonesia untuk berkontribusi dalam mencapai pembangunan berkelanjutan, antara lain dengan mempercepat transisi energi.
BACA JUGA:
"Saya mengapresiasi masuknya Indonesia sebagai Negara Prioritas Kerja Sama Pembangunan Swiss untuk tahun 2021-2024, untuk keempat kalinya secara berturut-turut," jelasnya.
"Program ini telah mendanai 37 proyek di sektor publik-swasta, termasuk program Renewable Energy Skills Inisiatif Pengembangan Energi Terbarukan dan inisiatif di bawah MoU tentang Lanskap Berkelanjutan," urai Menlu Retno.
Ditambahkan Menlu Retno, ia berharap kedua negara dapat mengeksplorasi lebih banyak inisiatif melalui kerangka kerja sama tersebut, untuk mengembangkan dan mendukung pembangunan hijau di Indonesia