JAKARTA - Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati mengaku sampai saat ini pihaknya belum mengetahui penyebab 21 kucing mati mendadak di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
"Kita enggak berani duga, ya. Artinya kita sekarang periksa dulu tentang infeksiusnya," kata Suharini kepada wartawan, Rabu, 2 Agustus.
Suharini menegaskan kucing-kucing tersebut tidak mati akibat diracun. Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan.
"Sebenarnya sejak awal, begitu kita ambil satu sampel, kan tidak ditemukan. Lambungnya bersih, organ dalam masih kondisi normal," ujar Suharini.
Begitu pula dengan dugaan infeksi rabies. Setelah diperiksa dengan menggunakan tes PCR, hasil sampel kucing mati tersebut tidak terjangkit rabies.
"Alhamdulillah dulu PCR rabiesnya negatif, kita lanjutkan kirim sampel otak ke balai besar veterinary subang. Nah VAT, ujinya, negatif. Artinya kematian kucing di sunter tidak disebabkan rabies," urainya.
Sampai saat ini, Pemprov DKI masih mencari penyebab matinya puluhan kucing tersebut. Di sisi lain, Dinas KPKP DKI juga terus melakukan pengobatan seperti vaksinasi dan steril terhadap kucing-kucing liar.
Awalnya, Dinas KPKP DKI mendapat informasi lapangan mengenai 21 ekor kucing mati semenjak tanggal 06 Juli 2023 dengan gejala kejang dan mengeluarkan air seni sebelum mati.
BACA JUGA:
Akun Instagram seputar.sunter membagikan sejumlah video para kucing yang terkapar di jalan. Tampak kucing tersebut mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya mati.
Tak hanya kucing jalanan yang berkeliaran di Sunter, terdapat juga kucing peliharaan yang dilaporkan mati dengan kondisi serupa.